Quantcast
Channel: Dunia Dian Onasis
Viewing all 98 articles
Browse latest View live

Menantang Diri Sendiri di 2015

$
0
0
pinjem dari pinterest.com


Yup!

Ada beberapa hal  di luar zona nyaman, yang aku niatkan akan kulakukan di tahun 2015. Sebagai orang yang menyukai di lingkungan itu-itu saja, melakukan hal-hal berikut rasanya lumayan menantang, dan sedikit bunuh diri.

Mengapa?

Karena ...

1. Aku ibu rumah tangga dengan dua anak yang super aktif. Keduanya membutuhkan perhatian ekstra, karena sulit konsentrasi dan fokus. Bahkan dokter anak langganan mereka memberikan obat khusus terkait enzim (agar makanan menyerap dengan baik) serta bisa konsentrasi.

2. Aku juga penulis cerita anak yang memiliki beberapa niat dan proyek pribadi, yang seharusnya bisa kulakukan di tahun 2015 ini

3. Rumah sedang direnovasi. Saat ini aku tinggal di rumah kontrakan yang penuh dengan box dan berantakan karena mainan anak-anak. Sementara kemungkinan Januari rumah asliku akan selesai, itu artinya di awal tahun 2015, aku akan disibukkan dengan proses pindahan rumah, yang dijamin tidak mudah. Hiks...

Tapi...

Tidak boleh mencari alasan. Jika ingin merasakan "hidup lebih hidup", harus berani menantang diri sendiri. *smile ear to ear...

Berikut beberapa tantangan yang akan kulakukan di tahun 2015. Ini bukan resolusi, karena semuanya sudah dalam tahap akan dilakukan. Ini tantangan ...:D

1. Memulai proyek PERMEN #1. 

Sedikit curhatan tentang kelas PERMEN ini kushare di sini. Termasuk dengan sedikit mengaktifkan fanpage dan blog-blogku, sedikit demi sedikit.
Saat ini, proyek ini kurencanakan buka 5 kelas. Semuanya gratis. Namun yang baru kuumumkan, baru 3 kelas. In sha Allah, semoga dimudahkan oleh Allah urusan ini. Amin.

2. Berlangganan majalah F (majalah dewasa). 

Hahaha... Aku jadi ngakak sendiri. Karena selama ini belajar menulis cerpen dewasa, tapi tak pernah baca cerpen dewasa. Jadi gak aneh kalau selama ini tulisan cerpen dewasaku "garing" dan butuh bimbingan. Mbak Nurhayati, mentorku di Penulis Tangguh, mendorongku untuk banyak membaca cerpen dewasa. Tak ada cara lain, kecuali langganan Majalah F tersebut, dan juga meminta setiap bulan, 4 cerpen di Tabloit N ke tanteku yang langganan. Kebetulan tanteku tinggal satu komplek denganku, dan ikhlas memberikan halaman cerpen tabloit N itu padaku. :)
Lumayan mahal berlangganan setahun, tapi banyak kemudahan dan hadiah yang diberikan jika langganan setahun. Jadi kucoba dulu selama setahun ini. Kita lihat apakah sepadan rupiah yang kukeluarkan dengan hasil menulisku nanti. Bismillah...

3. Mengikuti audisi naskah islami. 

Bertahun di dunia menulis. Tepatnya lebih dari 4 tahun di dunia menulis cerita anak, aku selalu maju mundur menulis kisah-kisah islami dan terinspirasi pada Alquran dan Hadis. Bukan tak mau, tapi karena takut. Iya aku takut, karena ilmuku sangat cetek urusan ini. Ada kekhawatiran aku akan salah menuliskan kisah-kisah ini. Tapi setelah berpikir masak-masak, melihat penulis lain yang pengetahuan agamanya minim, tapi berani nulis hal-hal berbau agama islam, juga dukungan dan sharing dari teman-teman keren yang mumpuni ilmunya di bidang karya ini, aku nekad ikutan audisi di sebuah group tertutup. Dan barusan pagi ini, aku membaca namaku ada di list 20 penulis yang akan mengerjakan proyek naskah islami di bulan Januari 2015 ini. Bismillah, semoga ini menjadi langkah awalku menulis kisah islami di dunia anak. Aku punya mimpi besar di dunia ini. Semoga dimudahkan ya Allah...

4. Bergabung di group tertutup. 

Nah, ini tidak sembarangan group. Ada group khusus proyek menulis cerpen dewasa (aku terlibat di 2 group). Dan ini cukup membantu menaikkan semangatku belajar menulis cerpen dewasa. Meski tertatih-tatih, tapi aku harus belajar dan yakin bisa jika mau.

Juga melanjutkan 2-3 proyek di group tertutup. Berharap bisa menjadi bibit yang kutanam di tahun 2015, sehingga bisa panen di akhir tahun atau di tahun 2016.

Kemudian, ada group Penimbun Buku yang memiliki program Reading Challange... nah ini yang kubutuhkan. Meskipun aku sering membaca, tapi sering juga aku terlena dengan menulis dan tertimbun buku-buku itu oleh kesibukanku sebagai ibu dan istri. Kali ini, meskipun harus mengurangi jatah tidur atau makan (lebay...:D) aku akan berusaha ikutan dalam tantangan tersebut.Aku harus bisa membaca 4 buku dalam satu bulan. Ini berdasarkan clue atau petunjuk tantangan di group tersebut. Sepertinya cukup menarik untuk diikuti.

Tantangan Januari 2015 :
Buku yang memiliki 500 halaman lebih, Buku romantis, Buku yang difilmkan, dan Buku terbit tahun 2014. 

5. Mencoba belajar dan merapikan Blog.

Meskipun ini bukan target utama. Tapi beberapa hari terakhir ini aku telah memikirkan untuk belajar lagi tentang blog. Ada tiga blog yang kumiliki yakni blog yang sekarang dengan domain name sendiri, (www.dianonasis.com), kemudian sebuah blog yang isinya seputar kehidupanku sehari-sehari sebagai istri dan ibu, yakni http://www.oenidian.blogspot.com serta sebuah blog yang mungkin akan lebih kuseriusin lagi belajarnya. Yakni http://www.dianonasis.wordpress.com yang aku fokuskan pada dunia cerita anak. Mungkin akan kutambahkan bagian review buku-buku anak yang kubaca atau yang aku bacakan untuk anak-anakku. Hal ini yang muncul di pikiranku. Mungkin akan kucoba mengutak-atik blognya.



Sementara, untuk diri sendiri terkait hubunganku dengan Allah Sang Maha Kasih dan Pemegang Nyawaku, aku punya tantangan sendiri. Biarlah diri ini yang tahu. Karena kalau kutuliskan, lebih banyak rasa malu yang muncul. Sungguh, aku ingin bisa menyenangkan hati Allah, meski aku tahu Allah tidak butuh diriku. Akulah yang butuh Allah. Sangat!

So...

Let's challange ourselves in the year 2015. :)
pinjem dari pinterest.com



Kembali Ngeblog, Setelah Kangen "Go Blog"

$
0
0
Penampakan home multiplyku


Aku kenal blog itu sekitar tahun 2004 atau sebelumnya. Lupa. Nyaris 10 tahun aku menyukai diary online, demikian aku menyebutnya dulu.

Bertahun aku menulis yang gak serius. Hanya curhatan gak jelas, dan tulisan gak terarah.

Lalu aku buat blog unidian, di blogspot. Kalau nggak salah, kubuat waktu aku lagi di Malang. Sempat menulis setiap hari. Lalu ketemu Multiply di tahun 2007, langsung lupa sama Blogspot... Hehehe

Multiply is so cool! Aku pake akun Cambai di sana... *ini juga ada cerita lucu dibalik nama itu.

Aku menemukan dunia menulisku di sini.




Ikutan nulis tentang pengalaman hidup, kenalan dengan banyak penulis keren, nyoba audisi antologi pertama kali, menang berkali-kali lomba flash fiction, menebar kebaikan dengan ikutan kopdar dan komunitas, aaaaah.. Multiply itu gak ada matinya!

Salah satu hasil karyaku bersama teman-teman di Multiply.
Buku ini sempat best seller dan masuk cetakan ke 2 sekarang. 

Eh, tapi mati sih akhirnya Multiply... Hiks..

Tahun 2013, semua MPers bedol desa. aku pindah ke blogspotku lagi.

Aku lama patah hati. Hingga sempat tak ingin punya blog lagi. Namun akhirnya tahun 2013 itu aku memilih menggunakan domain name ku sendiri. maka lahirlah blog www.dianonasis.com.

Kisah tentang lahirnya blog ini ada di link berjudul "Patah hati berbuah domain diri" .

Tak lama kemudian, aku yang aktif di facebook, memilih bergabung dengan Komunitas Kumpulan Emak-emak bloger atau terkenal dengan nama KEB.

Waktu mau gabung, aku colek dulu salah satu adminnya, yang sebelumnya kukenal di komunitas Penulis Bacaan Anak dan satu kelas di Kelas Ajaib 2012. Yakni, nyolek Kak Injul dulu. Minta diaccept di group tersebut.

Setahun berlalu, aku hanya silent reader.

Setiap saat bisa main ke sana, aku ngiler lihat prestasi, isi dan informasi dari para anggota komunitas. Sungguh, betapa bangganya aku melihat para ibu-ibu (ada juga calon ibu-ibu) yang aktif, kreatif dan tanggif...eh tangguh dalam menjalani kehidupan sebagai blogger. Baik sebagai blogger yang sejati hingga imitasi.

Terus terang, kadang ada rasa malu juga. Hanya sesekali muncul dan main di komunitas tersebut. meskipun aku bergabung di blognya, di twitter dan group facebooknya. Karena konsentrasiku belum sepenuhnya pada blog.

Tahun ini, di 2015, aku terpikir untuk pelan-pelan aktif di blog. Meski belum bisa memahami seluk beluk blog dengan benar. Aku tidak paham apa itu SEO, apa itu blogger berbayar? atau apalah namanya yang bisa ngehasilkan uang dari ngeblog? Sungguh, dijelaskan berkali-kalipun, aku masih bingung. Kudu fokus. :D
SEO Basics for Bloggers - 10 Tips for Better Search Engine Optimization | Wonder Forest: Design Your Life.
Kayaknya belajar dari Pinterest.com juga asyik nih

Tentang Pagerank atau apa istilahnya terkait kepopuleran blog, yang berimbas pada banyaknya produsen yang tertarik untuk meminta blog kita mereview. Sungguh aku tak paham dan tak berani bertanya lebih lanjut, karena aku tahu, aku tak bisa membagi waktuku untuk ngeblog, menulis novel, ngajar kelas online daaaan, ngurus dua anak super aktif dalam 24 jam.. hehehe

Akhirnya, aku kembali menjadikan blogku tempat menulis yang santai. Yang suka-suka hatiku. Meski tetap terus berniat, suatu hari ingin ikut di kopdar KEB, suatu saat pengen bisa ketemu para admin dalam ruang dan waktu yang penuh hikmah bahkan ingin sekali suatu waktu bisa aktif berkenalan dengan semua anggotanya, minimal sebagian kecil dari mereka sudah kukenal.

Bagiku, KEB adalah sebuah wadah untuk menggali informasi, belajar dari para ibu-ibu sekalian dari soal sepele seperti masakan hari ini, hingga yang berat-berat terkait istilah blog atau program komputer. Super komplit dan super baik-baik emak-emaknya.

Aku berdoa, semoga  ke depan, KEB semakin keren. Aku ingin bisa ikut dalam proses itu. Meski terseok-seok, bagiku KEB bisa menjadi penyumbang "darah segar" untuk kemampuanku ngeblog. sebagai blogger pemula, atau blogger imitasi ini.

3 tahun penuh karya

Sukses juga untuk KEB yang ke 3 tahun ya! Super banget... 3 tahun sudah penuh dengan karya keren. Mencerdaskan emak-emak Indonesia seantero bumi. Menjadi melek tehnologi secara bersama-sama.

Sungguh Super!


Follower... Pentingkah?

$
0
0



Kali ini pengen nulis tentang perlu atau nggak sih punya follower itu? 
Bicara follower di sini, berarti aku bicara dunia media sosial.

Aku memang pengguna beberapa akun media sosial. Tapi sepertinya, setelah gabung di beberapa komunitas kepenulisan, terutama komunitas emak-emak blogger, dan 1-2 komunitas kepenulisan lainnya, membuat jadi melek mata nih. 



Sejak tahun 2004, aku menggunakan blog. Gak begitu ngeh, berapa banyak follower di blog itu. Termasuk blog ini. Dulu pernah punya blog di Multiply, dari tahun 2006 hingga 2011 (saat itu jumlah kontakku sekitar 500an kalau tidak salah).  Ada juga blog di wordpres (kubuat beberapa tahun lalu). 

kemudian punya akun twitter dari tahun 2010. 

Juga  fesbuk di tahun 2007


dan fanpagenya dari tahun 2012. 



 Instagram pada tahun 2011, 






path di tahun 2012, dan yang terbaru akun pinterest di tahun 2014 lalu. 



Menurut info yang aku baca, kata follower atau following yang bermakna "ngikutin kegiatanku" atau "ngikutin kegiatan orang", digunakan oleh para pengguna twitter. 

Kemudian, dijadikan kata umum, untuk kontak, pengikut, atau teman di satu media sosial. 

Di satu link yang aku temukan, dijelaskan juga cara mencari tahu jumlah follower di twitter. 

Secara bahasa, arti kata follower ini berarti : (sumber dari sini) 


1. a person who accepts the leadership of another 

2. someone who travels behind or pursues another
3. One who follows; a pursuer; an attendant; a disciple; a dependent associate; a retainer


Ada sejumlah alasan, mungkin dapat sedikit kusimpulkan, bahwa bisa jadi seseorang menjadi follower orang lain adalah karena : 

Pertama, secara umum, biasanya karena pertemanan. Jadi sudah jadi teman di dunia nyata, lanjut lagi di dunia maya. 
Ke dua, karena satu profesi, misalnya sesama penulis, penyuka kuliner, photograper, traveler dan banyak lagi, dan akhirnya menemukan teman satu kesukaan, dan saling add, atau saling follow.
Ke tiga, karena kepo atau ingin tahu beberapa artis atau orang terkenal di segenap bidang, yang bisa jadi memang disukai, diidolakan, ingin tahu tips dan trik yang dishare, serta sekedar ingin tahu urusan jeroan personal si orang terkenal.
Ke empat, biar bisa saling folbek, alias saling follow, karena jumlah follower (terutama di twitter) itu mempengaruhi juga tingkat kepopuleran si owner akun. Jika ia penulis, tentu akan banyak teman atau kontak yang membaca promosi bukunya, jika ia pemilik rumah kuliner, maka bisa untuk promosi. Singkatnya, point terakhir ini adalah untuk promosi. 

Mungkin, ada banyak alasan lain, seseorang menjadi follower orang lain.

Dari sejumlah alasan tersebut, bisa dipastikan, satu hal yang paling menarik adalah, alasan promosi
Dunia maya dan akun media sosial menjadi satu kesatuan, dalam urusan promosi. Tidak memerlukan biaya besar, dan lebih mudah menjangkau para penggila dunia maya melalui gadget atau telpon pintar. Semakin banyak follower, atau teman di akun sosialnya, semakin besar kemudahan dalam menyebarkan promosi, baik barang dan karyanya. 

Asal, dengan catatan, followernya gak dibeli aje.. Entah kenapa, aku gak gitu suka dengan follower yang dibeli. Segala sesuatu terkait network atau pertemanan, jika dibeli itu rasanya gak tulus... *itu bukan Tulus penyanyi yaaa..:D
Kalau udah gak tulus,... aku gak jamin ending akunnya akan seperti apa... 


Jadi, jika ditanya, pentingkah follower...?
Jika anda adalah seseorang yang membutuhkan promosi dalam menunjukkan karya, membutuhkan network yang luas, serta dukungan atas prestasi atau lomba tertentu, maka jumlah follower menentukan sekali. 

Tapi, jika anda adalah orang yang sekedar bermain dan santai di dunia maya... maka jawabannya hanya anda yang tahu.. pentingkah follower bagi akun media sosial anda? :) 



*pamulang, 7 Juni 2015



Sebelum Menjadi Penulis, "Menderitalah" Terlebih Dahulu Dalam Hidup. Betulkah?

$
0
0

pinjem dari sini 



Judul yang panjang ini melintas begitu saja di kepalaku, saat aku menemukan beberapa informasi personal dari banyak teman penulis, dan juga beberapa buku atau informasi terkait penulis terkenal. 

Sebut saja yang paling mudah dicari infonya, seperti JK Rowling... coba saja ketik nama itu dan sandingkan dengan kata pengangguran, insomnia akut serta depresi berat. Itulah sebagian kecil penderitaan JK Rowling. Belum kalau kita bicarakan kehidupan rumah tangga dan kemiskinan yang dilaluinya. 

Ada juga, kisah menarik Agatha Christie yang baru menulis beberapa novel misterinya, justru menghilang selama 11 hari (setelah mengetahui suaminya berselingkuh) dan setelah dirawat oleh tim medis, kemudian malah melahirkan puluhan novel misteri yang menjadi hits hingga saat ini. Agatha Christie sendiri sempat merasa depresi, tidak saja karena kelakuan suami pertamanya, namun juga karena novel karyanya bergenre romantis, tidak berhasil di dunia kepenulisan, alias tidak laku. 

Bahkan penulis Roald Dahl, juga memiliki fase kehidupan yang menguji kehidupannya. Saat ia sebagai pilot membawa terbang pesawat dan mendarat darurat, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tengkorak kepalanya retak, hidungnya patah, dan matanya menjadi buta sementara. Dikabarkan, saat itu Roald berhasil menyeret dirinya keluar dari badan pesawat yang terbakar kemudian pingsan. Paska Kecelakaan, setelah penglihatannya kembali normal, ia menulis. Tulisan pertama yang diterbitkan pada tahun 1942 adalah kisah keberhasilannya hidup dari kecelakaan tersebut. 

Masih banyak lagi penulis luar negeri sana yang melewati fase tak enak atau menderita dulu dalam hidupnya, sebelum akhirnya memilih menjadi penulis dan terkenal dari dunia menulis tersebut. 

Di Indonesia sendiri, kita bisa melihat bagaimana perjuangan hidup Pipiet Senja dalam urusan rumah tangga dan penyakit talasemianya, serta kehidupan pelik di tepi rel kereta api yang dialami oleh duo pendekar penulis perempuan, Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia. Atau bahkan seseorang seperti Dewi Lestari yang awalnya memiliki rumah tangga yang baik dengan Marcell, terpaksa bercerai dan menemukan soulmate barunya di pernikahan ke dua. Artinya, ia juga melewati fase tak nyaman dalam hidupnya. 

Dari sini, aku melihat dan menyimpulkan (asumsi ini bisa jadi salah), bahwa dibutuhkan "bitter" dalam kehidupan ini, untuk bisa menulis. Tak cukup sekedar "sweet"nya saja. 

Ketika seorang manusia berproses, menjadikan menulis sebagai lahan kehidupannya, melewati satu fase "menderita" dalam hidupnya, bisa berupa penyakit, kehidupan rumah tangga, ujian dari suami atau anak dan bahkan masalah ekonomi sekalipun, maka ia akan "lebih mudah" menuliskan unsur penderitaan yang menjadi penguat dalam setiap urusan konflik di dunia menulis.

Sebuah karya tulis yang menarik, bisa terlihat dari konflik yang digusung. Konflik yang menarik, umumnya mendasarkan pada penderitaan yang pernah dirasakan si penulis konflik.

Aku tahu... Lagi-lagi ini sebuah asumsi.

namun asumsi harus diuji kebenarannya, untuk bisa dijadikan teori. Agar kelak -mungkin- diamini orang lain.

Meski butuh waktu untuk membenarkan asumsiku ini, namun aku mencoba menelaahnya dari kehidupanku sendiri. 

Saat aku belum merasakan pahit getirnya berumah tangga, aku nyaris tak bisa menuliskan kisah sedih sedikitpun. Tak bisa secuilpun kalimat kubuat yang bisa menarik perhatian atau bahkan airmata pembaca. Boro-boro menuliskan yang sedih-sedih, memaknai rasa sedih yang dalam pun nyaris tak pernah kucicipi, saat belum menikah.

Hingga ketika menikah, hidupku pun berubah. 

Apakah aku terkena KDRT? atau perselingkuhan? atau masalah mertua versus menantu?

Oh tidak... beruntungnya aku, bukan itu yang kualami.
Tapi...tidak memiliki anak selama 9 tahun pernikahan. Menghadapi cemooh orang, komentar yang katanya simpati tapi justru menyakiti, pandangan menyepelekan, rayuan dan ajakan mengarah berselingkuh dari para lelaki hidung belang baik di dunia kampus maupun di dunia pendidikan (terutama jika mereka tahu, aku juga seorang istri pelaut yang ditinggal berbulan-bulan), maka otak mesum laki-laki buruk hati dan sebagian juga buruk wajah itu, seringkali ditunjukkan padaku, sehingga sukses membuat mereka mendapatkan makian dan ceramah menyakitkan dariku. :D

Ujian 9 tahun menikah baru berhasil hamil ini, tidak saja menjadi sebuah kisah happy ending, ketika salah seorang janin (laki-laki) yang kukandung meninggal dunia dalam kehamilan 29 minggu, meninggalkan kisah sedih, karena aku berjuang berminggu-minggu mempertahankan janin satu lagi yang perempuan, untuk berjuang hidup.

Singkat cerita.... tahun 2008 adalah titik baru dalam kehidupanku. Rotasi kehidupanku tiba-tiba berputar di poros yang berbeda.

Kepedihan, kesedihan dan kerinduan pada sosok anak, membuatku mencari cara agar bisa menerapi hati. Aku tahu, ada Allah, ada quran, ada suami, ada orang tua yang bisa menjadi tempat mencurahkan isi hati. Tapi aku butuh tempat lain, meskipun hanya kecil lingkupnya, namun bisa memberikan ketenangan jiwa.

Menulis.

Aku menemukannya di dunia menulis.

Perlahan namun pasti, sejak tahun 2008 aku mulai menulis. Awalnya hanya di blog, kemudian mencoba menulis untuk antologi, dan berkelanjutan. Kisah sejatiku mulai bertebaran di puluhan antologi. Hingga akhirnya tahun 2010, aku putuskan... ini bisa jadi path atau jejak hidupku yang baru. Langkahku tidak lagi gemetar, aku mulai memikirkan sebuah pilihan hidup.

Dan di sinilah aku. Meski belum dan jauh dari kategori penulis terkenal, apalagi penulis profesional, namun aku berani bilang, aku adalah seorang penulis.

Seseorang yang melewati fase tak enak dalam hidupnya, sebelum menggerakkan pena di atas kertas putih yang baru dimiliki. 

Bercermin dari kehidupan pribadi, membaca status dan curhatan teman-teman sesama penulis, melihat dengan langsung kehidupan para penulis novel (terutama) dalam berjibaku mencari sesuap nasi, hingga memperhatikan setiap komentar dari setiap teman di dunia kepenulisan. Aku menemukan satu simpulan kecil, yang mirip dengan apa yang kurasakan. 

Seorang penulis, baru akan bisa menulis dan menyentuh perasaan pembacanya, jika ia sudah mengalami kehidupan yang pelik dan menderita terlebih dahulu dalam hidupnya. 

Jadi, jika kamu, hendak menjadi penulis, maka galilah pengalaman hidupnya di sisi yang paling tidak enak. mulailah dari sana. Karena penderitaan dan ketidaknyamanan hidup itu memberimu satu nilai plus untuk memulai sebuah tulisan. 

Percayalah... Karena aku memulainya dari sana...:)


*efek dari melihat teman yang kesulitan menulis, dan saat kulihat dari aspek ekonominya, ia berkecukupan. Hingga tak ada motivasi dalam menulis. Saat kulihat dari aspek penderitaan hidup, ia kesulitan mencarinya...:) 

Kelas Permen? Apa Itu?

$
0
0
Berjuta Permen

Apa itu kelas permen? Kenapa namanya permen?

Mungkin saja pertanyaan ini terlontar di pikiran teman pembaca blog ini...

Hemmm....
Sebetulnya, semua itu ada kaitannya dengan kenekadanku membuat kelas online di tahun 2015.

Mau tau kisahnya?


Baiklah...

Berawal dari keinginanku memiliki komitmen untuk kembali menulis novel anak, aku mencoba sebuah cara, agar semangatku tetap bisa menyala. Aku ingin sekali setahun itu bisa menuliskan 2-3 novel anak. Seperti di tahun 2011-2012 lalu. 

Lalu aku mulai mencari cara agar hal tersebut bisa kulakukan.

Sebelumnya, di ujung tahun 2014, aku sempat mengikuti kelas online Kurcaci Pos mas Baim dan kelas Penulis Tangguh mbak Nur. Dua kelas online ini kuikuti dengan tekun. Cara mengajar dan pola pemberian materinya menarik perhatianku.

Pertama, untuk kelas Kurcaci Pos, mas Baim dengan tekun mengoreksi, memberi saran dan masukan, satu demi satu cerita anggota kelas. Ini membuat aku dan mungkin sebagian besar teman-teman, jadi paham bagaimana memperbaiki naskah, meski tidak menutup kemungkinan, bahwa cara ini bisa membuat murid atau peserta didik menjadi tergantung dengan koreksian pak gurunya...:)

Kedua, cara mbak Nur yang membuka kelas tangguh secara gratis (ada tiga angkatan), dan malah membuat mbak Nur semakin semangat mengajar sekaligus semangat menulis. Ini hal yang baru terlihat jelas di hadapanku. Ternyata, jika kita berbagi [pengalaman menulis dengan ikhlas], maka semangat untuk menulis pun dapat terus menyala dan syukur-syukur bisa stabil.

Terus terang, sebelumnya aku juga mengikuti banyak kelas online, dengan beragam mentor dan cara mengajarnya. Ada yang bisa kunikmati dan kuterima ilmunya dengan cepat. Ada juga yang sekedar dapat ilmu, tapi kehilangan semangat. Namun, ada juga satu dua kelas yang aku bingung, harus bagaimana menerima materi serta mencari semangat di kelas online itu, mengingat mentornya terkesa "semau gue" dalam mentransfer pengetahuan dan pengalamannya. Semua itu menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagiku.

Akhirnya.. setelah merenung cukup lama, aku memilih untuk mengadopsi dua cara (kelas Kurcaci Pos dan kelas Penulis Tangguh) ditambah dengan pengalamanku mengajar sebagai dosen selama 15 tahun (aku merasa cukup mampu mengoreksi serta menerbitkan semangat para mahasiswaku dulu, bisa jadi itu dapat kuterapkan)  pada program yang akan kubuat tersebut. Maka terpikirlah sebuah kelas online gratis.

suasana berbagi ilmu menulis di kampus FH Unsri Bukit Besar
beberapa tahun lalu


Waktu itu, aku sempat iseng share status di FB tentang kemungkinan kalau aku buka kelas online menulis novel anak, apakah kelak banyak yang tertarik?

Wah, ternyata reaksi teman-teman di luar dugaan. Mereka begitu antusias. Aku jadi semakin tertarik untuk menjadikan mimpi ini sebagai sebuah kenyataan.

Mulailah, kususun dan kuperkirakan seperti apa bentuk kelasnya. Apa nama kelasnya? Bagaimana proses menerima teman atau peserta didiknya? seperti apa kira-kira output yang diharapkan, serta bagaimana mekanisme belajar onlinenya?

Pikiranku antara semangat tinggi dan sedikit khawatir.

Semangat tinggi, dengan harapan, bisa produktif menulis dan membuat teman-teman bisa menulis novel anak. Sedikit khawatir  karena aku tidak tahu, apakah niat ini bisa kuat bertahan. Serta mampukah aku meluangkan waktu antara menulis dan membagi pengalaman sekaligus.

Akhirnya, dengan modal tekad dan belajar konsisten, aku membuka audisi Program Menulis Novel anak (kusingkat Permen) di akhir tahun 2014. Sebuah program yang akan dijalani selama 12 minggu, dan seminggu 2 kali (24 kali pertemuan). Program ini membagi pengalamanku bagaimana memulai menulis novel, serta menargetkan novel tersebut dalam waktu 3 bulan selesai. Minimal Draft Pertama.

Puluhan proposal masuk. Aku memilih 11 teman yang ikut audisi, plus 1 teman yang memang kujanjikan akan diajak bergabung dalam program ini.

Mereka antara lain:

PERMEN #1
1. SITI NURHASANAH
2. ONIE DAULAT
3. ARIE NURANI
4. EUGENIA RAKHMA
PERMEN #2
1. ADE ANITA
2. CAHYA NAURIZZA
3. HUSNA ILYAS
4. OFI TUSIANA
PERMEN #3
1. FAJRIATUN NUR
2. WAWAT SMART
3. WAHYU AGUNG
4. DYAH UMI PURNAMA

Alhamdulillah, awal Januari 2015 kegiatan ini mulai berjalan. Aku deg-degan juga. Khawatir cara atau pola penyampaianku belum pas atau sikap yang kuterapkan belum maksimal. Meski jauh dari sempurna, ternyata apa yang kusampaikan, memberikan hikmah juga bagi teman-teman di kelas Permen #1. Meskipun salah satu teman, bernama  Arie Nurani akhirnya minta pindah kelas permen #2, mengingat dia sedang ikut kelas online lain di waktu yang sama. Kemudian kutukar dengan Ofi Tusiana, sayangnya ternyata Ofi dihadapkan pada tugas kenegaraan dari kantornya. Sehingga sulit untuk berkomitmen 2 kali seminggu selama 2 jam di depan komputer.

Aku akhirnya mengajak Hairi Yanti, salah seorang teman di Penulis Tangguh, tapi sebetulnya juga teman lama di beberapa group kepenulisan. Yanti masuk ke permen #2. Dengan demikian, Permen #1 hanya 3 orang, dan permen #2 menjadi 5 orang.

So far, turun naiknya semangat memang kelihatan. Komitmen yang kadang tinggi dan kadang terjun bebas juga bermunculan. Aku tahu ini semua proses dari sebuah pembelajaran. Aku sendiri selama membuka kelas online ini, justru baru berhasil menuliskan sebuah novel anak. Saat ini baru kuajukan ke penerbit. Rencananya akan menjadi novel serial. Aku belum tahu bagaimana keberuntungan dan rejekiku pada naskah tersebut. Semoga Allah berkenan membuatnya berjodoh dengan sebuah penerbit. Amin...

Meski lumayan menguras energi dan komitmen, namun hingga bulan Juni ini, saat menutup kelas permen #2, aku merasa cukup bahagia dan bangga atas kerja keras teman-teman yang belum pernah menulis novel anak sebelumnya, dan ternyata dalam waktu 12 minggu, berhasil menuntaskannya dengan baik.

Dari 8 orang yang ikut dalam dua kelas permen, 4 orang berhasil menamatkan draft pertama mereka. 2 orang saat ini sedang berjuang mencari ending dari novel mereka, dan 2 orang lagi masih berusaha mendapatkan feel dan semangat meneruskan naskah mereka yang baru berada di bab 2-3.

Aku tahu, ini semua adalah proses awal. Setelah ini, masih panjang yang harus aku dan teman-teman di kelas permen harus lakukan. Namun, proses awal ini sudah memberikan sebuah harapan dan semangat baru. Semoga apa yang kubagi, dan apa yang telah kulakukan ini bisa konsisten dan komit kujalani.

In sha Allah, setelah lebaran Idul Fitri, aku menjalankan kelas permen #3. Yang kali ini anggota-anggotanya adalah orang-orang yang sudah semakin keren di dunia menulis. Mudah-mudahan, aku bisa juga membuka kembali audisi untuk kelas permen #4 dan #5 di akhir tahun 2015. Amin.

Berikut, teman-teman yang lulus di kelas permen. Kubuatkan e-certificate. Meskipun sederhana, semoga bisa memicu teman-teman ini untuk semakin produktif menulis cerita untuk anak-anak Indonesia.

Amin. 
First Alumni Ever!
Rara, menggusung genre realis dengan tema masakan khas tradisional
Merupakan salah satu teman yang asyik diajak diskusi
Hairi Yanti
Nyaris give up di minggu pertama kelas permen #1
namun berhasil menamatkan draft pertamanya di minggu ke 10.
Menggusung genre misteri dengan tema lokalitas terkait intan di kawasan Kalimantan
Arie
Membalas ketidakfokusannya di awal kelas permen #1,
Menyelesaikan naskahnya sebelum kelas permen #2 berakhir
Tertarik dengan genre dongeng dengan tema putri yang berjiwa detektif.
Saat ini berniat kuat untuk menjadikan novelnya, sebagai serial novel. 

Cahya

Penyuka Deadline!
Menyelesaikan naskahnya di hari terakhir kelas permen #2
Membuat draft pertama dengan genre islami dengan tema keluarga.
Aku menitikkan air mata membaca draft naskahnya.

*Pamulang.
Hari pertama, Ramadhan di tahun 2015.

Perlukah Menyiasati Liburan Sekolah Anak?

$
0
0

Libur telah tiba... Libur telah tiba...:) 

Demikian jika selesai pembagian rapor atau menjelang bulan Ramadhan, umumnya, kita orang tua akan dihadapi kondisi anak-anak liburan. Lalu, apakah perlu kita menyiasati kondisi tersebut, atau membiarkan anak melakukan apapun yang dia suka selama liburan? 

Ada pro kontra mungkin tentang hal ini. Karena toh yang libur anak-anak, orang tua yang bekerja, belum tentu bisa liburan. 

Betul banget itu...:) 

Tapi, ada kalanya, perlu juga disiasati, apa saja yang bisa dilakukan dan bermanfaat bagi anak, saat mereka liburan? 

Kebetulan, aku sudah memilih menjadi orang tua yang berkarir di rumah. Aku seorang ibu rumah tangga sekaligus seorang penulis. Sebelum punya anak, aku pernah berkarir menjadi PNS dan Dosen di FH Univeristas Sriwijaya, Palembang. 

Saat ini, aku terpikir, untuk memilih menyiasati liburan anak, terutama kak Billa yang baru berusia 6 tahun lebih (Akhir Agustus nanti 7 tahun) dan baru pertama kali mengalami libur panjang versi anak SD. 

Mungkin bagi orang tua, yang anaknya sudah lebih besar dari 9 tahun, memiliki pengalaman yang lebih seru. Bisa liburan ke luar kota, pulang kampung, atau si anak sendiri minta dibolehkan ikut sebuah kegiatan atau ke luar kota dalam sebuah tour. Variasi pilihan bisa jadi lebih banyak. 

Aku pribadi, bisa juga memilih hal tersebut. Namun saat ini, aku mencoba (trial dan error) untuk lebih memaksimalkan kesukaan kak Billa dalam urusan berkreatifitas. Meski tidak menutup kemungkinan, sesekali Kak Billa dan Dek Aam juga meminta keluar rumah dan jalan-jalan. :) 

Berikut beberapa siasat atau tips yang kulakukan sepanjang kak Billa liburan kali ini : 

1. Membeli Sejumlah Cat Non-toxid dan Kuas 

Kelak aku akan mencoba untuk melakukannya bersama kak Billa. Saat ini, meski sudah beli barang-barangnya, namun kegiatannya belum kulakukan. Namun rencananya, aku akan melakukan seperti yang kami dapat infonya dari pinterest. 
Yang pasti, rencana utama adalah mengecat tutup botol selai bekas. :) 

2. Menyiapkan Seperangkat Kertas Prakarya 

Aku juga membelikan seperangkat kertas origami, karton, manila dan banyak lagi kerta serta alat perlengkapan berprakarya. 
Kak Billa memang suka gunting, tempel dan membentuk kertas
Maka, menyiapkan kertas origami, termasuk solusi terbaik untuk kesukaannya. 

Hari pertama puasa kemaren, kami berdua mengerjakan Tabel Pencatat Puasa dan Terawih. Kak Billa menyebutnya "Bintang Puasa dan Daun Terawih" serta "Selamat Datang Ramadhan". Satu ditempel di pintu kamar. Satunya lagi ditempel di dinding. Khusus untuk Bintang Puasa dan Daun Terawih, itu ide dari kak Billa, tapi dikerjakan oleh Bunda, sebagian besar. 
Ini hasil karya Kak Billa
Di belakangnya adalah Tabel Pencatat Puasa dan Terawih ala Billa 
Tujuan dibuat Karya ini, untuk menghitung berapa lama puasa dan terawih yang dilakukan Billa. Jika puasanya full, Billa akan mendapat bintang yang tersenyum, jika hanya setengah hari, maka mendapat bintang tanpa senyum. Kemudian jika terawih, Billa akan mendapat daun yang tersenyum, jika tidak terawih, Billa akan mendapat daun yang bersedih. Ini ide si Kakak Billa. Aku hanya mengeksekusinya semampuku. :) 
Ini contoh bintang dan daun buatan kak Billa 

Kelak, jumlah bintang puasa itu akan dikonversi ke mata uang rupiah. Hihihi.. ujung-ujungnya, Kak Billa akan mendapat hak untuk membeli sesuatu yang diinginkannya, sejumlah nominal yang ia miliki. Hal ini baru berlaku 2 kali ramadhan. Tahun lalu, pertama kali belajar puasa, Kak Billa berhasil berpuasa selama 25 hari full, 5 hari setengah hari. *kalau aku gak salah ingat..:) Uang yang dikumpulkannya, dibelikannya Playdough yang ditaksirnya. 

3. Membeli Sejumlah Buku Kreativitas

Sebetulnya harga buku-buku ini relatif mahal. Untuk menyiasatinya, aku pergi ke toko buku bekas. Kemarin aku menemukan buku kreativitas untuk anak-anak dibawah 9 tahun, dengan harga yang sangat miring. Kondisi buku juga masih mulus. 6 buku seharga 40 ribu (aku lihat harga aslinya 1 buku 21 ribu, artinya 6 buku seharga 120an ribu. aku membeli dengan harga diskon sekitar 65%). Aku belikan Billa dan Aam beberapa. Dan mereka cukup tenang menghabiskan hari dengan menyelesaikan beberapa buku. Ada mewarnai, ada menulis  dan ada yang dipakai untuk bercerita bersama. 

Bangun tidur, di hari ke 2 puasa, yang dicari buku kreativitas
lumayan bikin tenang beberapa jam...:) 

4. Membiarkan  Anak Berkreasi Sesuai Kesukaannya

Untuk yang satu ini, aku beruntung. Kak Billa suka sekali membuat pic book. kadang bentuk Picbooknya jelas, kadang hanya selembar, tak jarang tak berbentuk dan hilang begitu saja dibuangnya. Aku harus gerak cepat, untuk menyelamatkan beberapa karyanya. Mungkin, usianya belum tahu, betapa berharganya apa yang dilakukannya seharian itu.

Kemarin, kak Billa berhasil menyelesaikan cerita pic book berjudul "Kucing kecil yang ingi memakai pita". Awalnya kak Billa hanya menggambar saja, dan membujukku untuk menulis dikteannya. Tapi aku akhirnya berhasil membuatnya menulis sendiri cerita itu. Meski aku tahu, itu akan melelahkannya. Namun kegiatan itu berhasil membuatnya tidak bosan. Liburan hari ke 2, beberapa hari lalu, berhasil dilewati dengan "aman". Dan Kak Billa bisa duduk diam dalam waktu lama. Mengingat dia sulit diam, bisa tekun mengerjakan sesuatu dalam waktu cukup lama, adalah prestasi tersendiri..:)

Ini karya kak Billa yang kesekian kalinya.
Profile Kak Billa sebagai kontributor di salah satuwebsite free e-book menandakan
kesungguhananya menekuni bidang ini.


5. Ke Toko Buku

Ini sebetulnya bukan hobby Billa. Tapi Hobby emaknya Billa. Hehehe. Tapi sepertinya, kebiasaanku ke toko buku, diikuti oleh Billa saat ini. Apabila disuruh memilih toko buku apa bioskop, Kak Billa memilih toko buku dulu. Meski ujung-ujungnya, setelah ke toko buku dalam waktu lama, ia akan meminta juga melihat film di bioskop. Jika ada yang pantas ditontonnya, bisa jadi kami memilih nonton juga sekeluarga. :) 

Pergi ke Toko Buku, selain membangkitkan semangat baca anak, juga bagi Kak Billa adalah surga dunia. Karena tidak hanya buku, dia suka membeli buku mewarnai, alat tulis yang entah mengapa dikumpulkannya. Pensilnya banyak...:) Untungnya masih harga yang murah dan terjangkau. 

Beberapa buku tulis kecil atau lucu juga sesekali dimintanya untuk dibeli. Aku ikuti jika harganya relatif murah. Jika mahal, tentu gelengan kepala langsung diberikan, kecuali dia mau nabung untuk itu. Sementara trik menabung untuk membeli sesuatu, belum sepenuhnya berhasil dilakukannya. Mungkin kelak, jika ia sudah semakin paham konsep uang dan keuangan, bisa diterapkan kembali sistem menabung ini. 

Billa melihat-lihat buku yang kira-kira menarik perhatiannya. 


6. Menonton DVD Tema Anak di Rumah


Saat aku buka beberapa koleksi film kartun lamaku, Kak Billa terlihat tertarik. Hari ini ia juga meminta diputarin film Finding Nemo dan Serial Ipin Upin..:)

Pinjem dari link ini 
Yup! Aku memang mengurangi ia nonton tivi, terutama saluran tivi yang beriklan. Tujuan utamanya, agar terhindar dari godaan ...hehehe..
Sebelum puasa saja, Kak Billa sering bilang..."ini banyak banget iklan sirup ya, Bund."
Wakakak.. bahaya jika iklan itu dilihatnya. Kak Billa dalam proses mengenal puasa. Kemampuannya menahan napsu, mungkin belum sekuat anak-anak di atasnya. Jadi aku saat ini memilih menghindari dulu. Meski tidak sepenuhnya berhasil, karena toh, kadang-kadang, pas dia nyetel tivi, suka muncul juga satu dua iklan makanan. Aku selalu berusaha menekankan, kalau itu hanyalah godaan. Harus bisa dilawan.

Selain menghindari iklan, aku juga memang membatasi tontonan Billa. Mungkin bagi sebagian orang tua, yang menganggap anaknya sudah cukup pintar atau cerdas menelaah banyak pengetahuan lewat film-film atau sinetron, maka aku agak kolot. Aku rasa, tontonan yang seru buat anak-anak, ya tetap kartun anak-anak.

Nanti pelan-pelan dikenalkan film-film menarik, yang membutuhkan tingkat diskusi lebih besar dan aku harus menguatkan juga kemampuanku menjelaskannya pada anak-anak.


Tentu saja, siasat yang dilakukan tidak sebatas ini saja. Setiap hari, aku memikirkan banyak hal untuk kak Billa, sampai ia masuk sekolah. Kadang pilihannya jalan sore ke tempat orang jualan takjil...:) Atau baca buku sama-sama. Di kala lain, bisa jadi aku memilih jalan ke Mal.

Terus terang, biaya ke Mal atau ke Bioskop itu relatif besar. Meski ayahnya mungkin sanggup membiayai, tapi kalau setiap hari, itu tidak baik juga kan?

Itung saja biaya nonton misalnya. Satu orang berkisar antara 25 ribu sampai 90 ribu, tergantung jenis studio dan film yang ditonton. Kalau 4 orang sudah 100 ribu, belum termasuk biaya makan, yang pasti anak-anak akan memilih ada makanan saat di bioskop. dan itu bisa habis 100 ribu lagi. ini yang paling murah ya.. 200 ribu sekali nonton. Sementara dengan uang 75 ribu saja, aku berhasil membeli seperangkat ATK dan kertas prakarya, yang bisa digunakan Billa selama liburan... :)

Atau ke Mal, sekedar shopping window, tanpa niat belanja. Itu juga hal yang sulit dihindari. Terkadang, anak-anak akan naksir sebuah benda atau barang, dan orang tua, kadang sulit menolak. Atau jika tidak belanja. ya makan-makan, wisata kulinerlah bahasa kerennya. Sebagai orang yang tidak begitu menyukai wiskul, rata-rata biaya sekali makan di sebuah resto atau tempat makan, kisaran antara 150 ribu hingga 400 ribu. Bayangin....! Jika hanya sebulan sekali , its oke... mungkin ada budget khusus untuk itu. Tapi selama liburan? wkwkwkw.. gak mungkin deh! Uang 400 ribu itu bisa untuk beli kebutuhan lemari es selama seminggu lhooo.. *buat aku yaaa..:)

Karena pertimbangan demikian, tentu aku tak mungkin rutin ke bioskop atau makan di luar setiap hari. :)

Pergi ke luar kota lebih-lebih lagi. Biaya perjalanan (seperti bbm dan biaya makan di jalan) itu sangat besar. Belum sampai di tempat. Akan menginap atau pun ke satu tempat yang butuh biaya yang relatif besar. Ke luar kota, hanya bisa dilakukan dengan pertimbangan yang masak. Seperti yang pernah aku lakukan di bulan Januari dulu. 

Kecualiiii.. jika memang dapat gratisandari kantor Ayahnya anak-anak siiih.. itu lain cerita... qiqiqi

Sebagai seorang penulis, terkadang, aku juga menghabiskan waktu bersama anak-anak dengan membiarkan mereka menyoreti banyak kertas kosong, buku bekas ataupun lantai rumah. Bagiku, kegiatan itu besar manfaatnya. Mereka juga semakin paham, bahwa ibunya seorang penulis, bekerja dari rumah. Menulis itu menyenangkan, sama menyenangkannya dengan membaca, nonton film dan berkarya.

Cara lain lagi, adalah, mencari informasi melalui internet. Aku sesekali melakukannya. Beberapa menarik perhatianku, biasanya kuprint atau kusimpan di file tertentu. Berharap, bisa melakukannya bersama Billa dan Aam selama liburan ini.

Demikianlah,.... Semoga sharing ini bermanfaat ya teman-teman...:)

Selamat menikmati liburan...:)

***



*Sebagai catatan :
Yang kubagikan sebagai tips atau info disini, semua berkaitan dengan liburan bagi anak-anak usia di bawah 9 tahun. Dan tentu saja berdasarkan pengalaman serta informasi (yang mungkin sedikit) dari yang kubaca. Jika ada sharing pengalaman sejenis, boleh ditulis dikomen yaaa..:) 

*Pamulang, 19 Juni 2015. Hari ke 2 Ramadhan 2015. 

20 Juni Dalam Catatan....

$
0
0

Pinjem dari sini 


Kali ini, aku akan bercerita tentang sesuatu yang lain.

Sebuah kisah tentang tanggal 20 Juni...

Sejak tahun 1999, tanggal itu menjadi tanggal yang menentukan titik balik kisah hidupku. Dari seorang anak, menjadi seorang istri. Dari ditanggung dan menjadi hak Papaku, menjadi tanggung jawab dan Hak Suamiku.

20 Juni 1999... Membuat garis awal sebuah kehidupanku.

Malam ini, iseng aku membuka sekian belas buku diaryku. Iseng kubuka setiap tanggal 20 Juninya. Aku ingin "napak tilas" dengan apa yang kulalui pada tanggal 20 Juni.

20 Juni 1999

Aku menikah dengan Onasis Dasmal Muskita. Kupikir pernikahan itu mudah. Ternyata krikil dan ujian sudah dimulai sejak hari ke tiga pernikahan. Aku yang keras kepala, tidak bisa menerima begitu saja "tausiah" yang diberikan suamiku. Padahal, aku memilih dia, karena  kuanggap cocok menjadi imam dalam rumah tanggaku. Mama menertawakan sikap kekanak-kanakanku, suami hanya tersenyum dan bersabar. Perjuanganya mendidikku menjadi istri yang baik, baru dimulai...hahaha

20 Juni 2000

Ulang tahun pertama kami. Suami berlayar jauh. Perjalanan kapalnya menuju China. Tapi aku ingat, itu adalah hari ke 20 aku mengenakan Jilbab. Suami tidak pernah menyuruh dan memaksa. Ia hanya sesekali memuji perempuan lain yang tertutup auratnya. Tapi aku melengos, tiapkali ia berkata begitu. Entah mengapa, tanggal 30 Mei 2000, aku berikan hadiah ulang tahun untuk suami, sebuah janji berhijab, yang alhamdulillah kukenakan hingga hari ini. Aku juga mulai menemui dokter kandungan. Karena setahun belum diberi momongan, mulai menjadi hal yang mengelisahkan hatiku.

Detail perasaanku ini, kutuliskan dalam antologi yang pertama kali kususun
10 thn kemudian 



20 Juni 2001

Saat itu suami sedang cuti. Kami mendapatkan ucapan happy anniversary, langsung dari Mama dan Papa. Saat itu kami sedang berada di rumah Papa di Tangerang Selatan. Aku mulai merasa serba salah soal anak. Karena pertanyaan tentang punya anak, bertubi-tubi diajukan banyak pihak.

20 Juni 2002

Aku semakin Galau. Pernikahan masuk usia ke 3 tanpa ada gejala aku akan hamil. Aku menuliskan perihal "Mungkinkah Allah menghukumku, sehingga aku belum punya momongan?"

20 Juni 2003

Ulang tahun pernikahan kembali sendirian. Suami berlayar. Aku mulai tidak menulis diary lagi. Entah mengapa, aku kehilangan semangat apapun. Kuliah S2 sudah kelar dan aku mulai malas membahas tentang anak di usia perkawinan ke empat ini.

20 Juni 2004

Tak ada catatan apapun. Hingga detik ini aku sendiri heran, ada apa dengan tahun 2004? sehingga aku tak memiliki sebuah diarypun. Aku ingat, tahun ini aku mulai sekolah doktoral di Unibraw Malang. sebetulnya banyak cerita di tahun ini. Mungkin diary online dalam blogku yang bisa kulacak. Aku hanya tahu, ini adalah kesempatanku, di usia 30 tahun, melanjutkan cita-citaku. Lupakan soal anak. Itu yang aku tulis.
Di tahun ini, aku semakin ragu, apakah aku perlu berusaha untuk punya anak, atau lupakan!

aku ngeblank di tahun ini 


20 Juni 2005

Kali ini, aku dan suami merayakan anniversary di Selekta Batu, Malang. Menikmati suasana alam yang menyejukkan. Kami juga menghabiskan waktu jalan-jalan ke toko buku. Saat itulah, suami menerima telpon panggilan kerja dari CNOOC, dan penerimaannya di perusahaan itu, memberikan kembali harapan untuk berusaha mendapatkan anak. Karena biaya pengobatan ditanggung 100 % oleh perusahaan. Aku melihat ada sebuah titik terang bagi kehidupan rumah tangga kami.

20 Juni 2006

Suami sudah bekerja dan berada di offshore. Dunia pelaut yang berlayar ke negeri yang jauh, sudah ditinggalkannya. Ia menelpon dari kantornya di offshore dan masih ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami ke 7. Kami pun diberi rejeki, membeli rumah di Tangerang Selatan. Sebuah titik balik kehidupanku berikutan. S3 ku mulai terombang ambing, meskipun aku lulus seluruh teori dengan nilai sempurna (IPK 4.00), tapi aku belum maju untuk ujian mendapat gelar, Kandidat Doktor.

20 Juni 2007

Hari ini, hujan seharian. Suami sedang off dari kerjaannya. Kami melakukan "napak tilas" 9 tahun lalu, saat pertama kali kami berjalan berdua, belum sebagai suami istri, bertugas membagikan kartu undangan sepupuku yang hendak menikah. Kami makan di sebuah restoran di Atrium Plasa dan menghabiskan waktu di toko buku Wali Songo, tempat ia memberikan aku sebuah buku menarik untuk pertama kalinya.
Aku mendapat hadiah sebuah CD Michael Bubble kala itu. So sweet...:)
Perjuanganku untuk mendapatkan anak pun dimulai. Aku bolak balik ke dokter kandungan di RSPI.

20 Juni 2008

Kami berdua lupa dengan hari ulang tahun ini. Kalau tidak masuk sms Papa dan Mama mendoakan yang terbaik untuk kami. Aku juga sedang dalam keadaan begitu bahagia, karena sedang hamil 2 janin (kembar). Aku diajak makan siang di Bintaro, lalu kami nonton film Kungfu Panda. Perutku yang besar terasa keras dan agak sakit, karena ada bayi laki-laki dan perempuan di dalamnya, ikut berkungfu ria selama menonton film itu.

pinjem dari sini 


20 Juni 2009

Setelah melewati fase yang memilukan, karena kehilangan salah satu janin laki-laki di Agustus 2008, aku dan suami menjalani ulang tahun pernikahan ke 10 dengan bahagia. Kami bertiga jalan-jalan dan makan di luar. Kami juga diberi rejeki untuk membayar DP mobil kreditan pertama kami, sebuah Grand Livina berwarna abu-abu. Alhamdulillah. Kuliah S3 ku semakin gonjang ganjing paska lulus sebagai Kandidat Doktor di awal tahun ini. Aku mulai tak konsentrasi lagi dengan dunia pendidikan. Malah melirik dunia menulis.

20 Juni 2010

Kali ini, bersama sepupuku dari Australia yang puluhan tahun tidak bertemu, aku sekeluarga merayakan anniversary kami dengan mengenalkan Indonesia padanya melalui Taman Mini Indonesia Indah. Hari yang menyenangkan, meski keputusan untuk mundur dari S3 mulai mengelayut dan kupastikan, aku harus mundur. Aku tak sanggup berpisah dengan Billa, ataupun dengan suami.

20 Juni 2011

Fase Kritis. Demikian aku menganggapnya. Karena ini adalah fase aku melepaskan sekolahku, mulai tidak mengajar dan menjadi ibu rumah tangga sejati. Dunia menulis sudah kurambah. beberapa novel soloku sudah lahir. Tapi aku merasa, ini kondisi kurang bagus. Aku sering emosian dan moody parah. Ternyata itu faktor dari hormonal, dan setelah pernikahan adik iparku yang bungsu, 2 bulan setelah itu, aku mengandung...:)

20 Juni 2012

Ulang tahun ke 13. Bersyukur kali ini suami ingat. Tapi rencana ngedate kami untuk makan berdua saja, gagal. Billa sakit. Suami juga fokus mengantar Mami mertua seharian berobat ke rumah sakit. Aku sendiri sedang beradaptasi dengan dua orang anak di rumah. Dunia menulis sempat tak kusentuh beberapa waktu.

20 Juni 2013

Saat ini, Billa mulai caper, Aam usia 1 tahun lebih dan aku berjibaku menyelaraskan dunia menulisku dengan dunia anak-anakku. Acara ulang tahun pernikahan kali ini, adalah nonton film Man of Steel, film superman versi terbaru. Dan ini adalah film bioskop pertama yang ditonton Aam.. hehehe

pinjem dari sini 


20 Juni 2014

Belum bulan puasa. Aku tak memiliki catatan khusus di diary saat ini. Aku sibuk dengan terapi Billa, terapi Aam dan peran sebagai ketua bakos. Aku nyaris lupa, karena sibuk mengecek lay out buku tahunan serta persiapan wisuda TK Kak Billa esok harinya.

20 Juni 2015

Hari ini, ulang tahun ke 16. Suami di offshore. Berpuasa di sana. Aku dan Billa puasa di rumah kontrakan, karena rumah kami sedang dibangun ulang. Suami lupa dengan hari ini. Dengan santai ia bilang.."inget karena diingetin sih..": saat aku tanya apakah ia ingat hari ini ultah pernikahan.

Demikianlah... 16 tahun... penuh cerita...dan aku memperhatikan tumpukan diaryku.

Tumpukan diaryku


Terima kasih Mama, yang telah mengenalkan kebiasaan menulis diary ini sejak tahun 1986. Sungguh senang menapak tilas kembali kisah hidup dalam satu buah tanggal.

Alhamdulillah...



*puasa hari ke 3 Ramadan 2015.

Anak itu Hak Allah

$
0
0
aku ingin hamil 



Para Saksi Hidup Itu Ada.... 

Beberapa hari yang lalu, aku bertemu sepasang suami istri yang sedang antri menunggu giliran masuk ruang periksa dokter spesialis anak. Anak laki-lakinya yang berusia 3 tahun, kelihatan sedang demam. Wajah anak tersebut merah padam, meski suara bawelnya tetap terdengar lantang.

Tertarik melihat karakter anak tersebut, aku menyapa ibunya. Kamipun terlibat obrolan singkat. Yang pasti aku jadi salut, karena mereka sudah menikah 17 tahun, dan baru punya anak di usia pernikahan ke 13 tahun.

Ugh... Aku tertegun sekaligus terharu.

Beberapa bulan sebelumnya, aku juga sempat ngobrol dengan seorang nenek yang mengantar cucunya ke sekolah (satu sekolah dengan putriku). Obrolan kamipun masuk ke area pribadi. Nenek itu bercerita jika dua orang putrinya, dua-duanya mengalami ujian lama punya anak. Putri pertamanya baru punya momongan (itu cucunya yang diantarnya setiap hari ke sekolah) di usia pernikahan ke 11 tahun. Sementara putri ke 2nya, saat ini sudah menikah lebih dari 7 tahun. Belum dikaruniai seorang anak.

Aku merasa seperti kilas balik. Teringat kembali pada saat-saat aku juga merasa ujian Allah begitu besar. Bertahun-tahun kuhadapi pertanyaan orang-orang, tentang mengapa dan apa penyebab aku belum punya anak?.

Singkat cerita, aku tahu rasanya sulit punya anak. Tekanan dari kelaurga, dari diri sendiri bahkan dari lingkungan kerja...


Kalimat Itu Selalu Menyakitkan. 

"Emang siapa sih di antara kalian yang mandul?"

Itu adalah kalimat yang paling menyakitkan yang pernah kudengar selama hidup. Termasuk sebuah kalimat lain yang pernah dilontarkan salah seorang keluarga. "Kalian itu memang gak usah banyak tingkah! Sudahlah mandul!.. bla bla bla.."

Telingaku tak mendengar lagi kalimat lanjutannya. Hatiku sudah kadung sakit, rasanya seperti luka karena teriris pisau tajam,  kemudian diberi garam serta tetesan air jeruk nipis. Begitu menyakitkan dan pilu.

Tak jarang, ada juga kalimat-kalimat yang "katanya" memberi perhatian. Menanyakan siapa dokterku, kesehatanku, ke mana saja sudah berobat, seberapa besar upayaku, (again) bla ... bla... bla..

Ugh... di satu sisi, aku ingin menjerit, pertanyaan oleh tidak hanya satu orang itu sungguh meletihkan, dan di sisi lain, aku tahu, niat mereka adalah baik. Memberi perhatian. (paling tidak itu hal yang kucoba tanamkan dalam benak).

Bertahun kutelan bulat-bulat semua itu.

Suamiku sungguh laki-laki sabar. Aku bahkan pernah mengizinkannya untuk menikah lagi. Dan hal itu membuatnya marah. Ia tak ingin mempersulit keadaan.

"Jika Allah mengharuskan Abang hanya berdua Dian saja, maka biarlah kita berdua saja. Tapi Abang percaya, Allah itu Maha Besar, Dia tahu betapa kita berdua sangat menginginkan keturunan. Sekarang kita berusaha meyakinkanNya, bahwa kita dapat dipercaya."

Demikian salah satu kalimat bujukannya padaku.

Kesabarannya menular padaku. Hingga akhirnya Allah memberikan kepercayaan pada kami.

Setelah pernikahan ke 9 tahun, aku dikarunia sepasang anak kembar
namun yang berhasil hidup adalah yang putri
di tahun ke 13 pernikahan, aku dikarunian seorang anak laki-laki 


Dan... Anak itu Memang HAK Allah... 


Aku tidak serta merta memiliki keyakinan, bahwa Allah itu Maha HAK atas anak-anak yang dititipkanNya padaku.

Sama seperti pengantin baru lainnya, di awal pernikahan, aku merasa, memiliki anak adalah hakku. Hak kami sebagai calon orang tua. Hingga waktu membuktikan lain.

Saat proses meyakini bahwa "Anak adalah HAK Allah", maka aku ditemukan pada 2 (dua) ayat dalam Alquran, yang membuat mataku terbuka, pikiranku menjadi luas, dan hatiku menjadi lapang.

Usahaku mungkin sudah kuat, tapi jika tidak meyakini tentang Hak Allah, itu semua belum tentu terkabul. Aku sudah berdoa, pergi ke dokter dan melakukan segenap cara halal bin toyib lainnya. Tapi baru pada tahun ke 5 pernikahan, saat aku diberitahu Mamaku tentang keberadaan surat Al quran ini, aku seperti menemukan jawaban atas kegundahanku selama ini.

Isi 2 ayat itu sebagai berikut

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (٤٩) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (٥٠) 


49. [10]Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki,
50. Atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, Dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa[11].

Aku kutip dari website Tafsir Al quran. 

Perhatikan kalimat demi kalimat dalam arti surat Asy Syuura ayat 49-50 tersebut. Betapa jelasnya HAK Allah atas kehadiran anak dalam sebuah keluarga.

Dia berhak menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. 

Membaca kalimat kitab suci ini, aku langsung bersujud. Meminta ampun atas arogansi yang selama ini kurasakan. Merasa diri punya hak atas keturunan. Astargfirullah...

Sejak itu, aku merasa ada yang terbang dari pundakku. Aku menjadi ringan. Aku tidak lagi terbebani dengan kalimat "mandul". Karena itu adalah HAK Allah. Sungguh besar perubahan yang kurasakan setelah kutemukan ayat ini.

Pada akhirnya, proses mendapatkan kepercayaan dari Allah, bahwa aku bisa dititipkan momongan berujung kebahagiaan. Aku mendapati posisiku sebagai hamba yang PASRAH, menunggu Allah memberikan KepercayaanNya pada aku dan suami.

Alhamdulillah, saat ini, aku sudah memiliki dua orang putra putri yang hidup dan sehat, serta seorang putra yang sudah kembali ke taman firdausi milik Allah. Tiga orang anak pernah ada dalam rahimku. Rahim yang diteriaki dan dihina orang sebagai rahim yang Mandul. Padahal kemandulan pun adalah Hak Allah.

Kadang memang aneh, bagaimana mungkin, manusia di dunia yang levelnya tak sebanding dengan Allah, berhak menghakimi kemandulan seseorang? :)

Trust ME! 

Untuk itu, para teman pembaca sekalian. Jikalau saat ini hati sedang gundah, karena belum ada anak yang terlahir dalam keluarga kecilmu, janganlah gusar!. Jangan bersedih!
Yakinkan hatimu, bahwa Anak itu Hak Allah, bukan Hakmu!

Kita hanya butuh usaha bermain mata pada Allah. Memberitahu dan menunjukkan, betapa kita sudah siap menjadi orang tua, mampu untuk dititipi anak, yang tidak saja sebagai rejeki, tapi juga ujian kehidupan,

Ada satu link bagus, tentang doa-doa dalam rangka meyakinkan kepada Allah, bahwa kita sudah siap sedia untuk dititipi Hak Allah tersebut. Bisa klik link tentang Cara Mengatasi Kemandulan Secara Syari.  Isinya beragam doa yang ditujukan untuk mendapatkan kepercayaan dari Allah tersebut.

Pada akhirnya, jika memang Allah belum merasa perlu menitipkan HakNya pada kita, jangan khawatir. karena dalam sebuah riwayat hadish, dikatakan :
(mengutip dari tulisan di islampos.com)

Dalam suatu riwayat Abu Sa’id berkata bahwa Rasulullah bersabda,“Seorang mukmin itu bila sangat menginginkan anak  (namun tidak mendapatkannya), di surga ia akan mengandungnya, menyusuinya dan tumbuh besar dalam sekejap, sebagaimana ia menginginkannya.” (Shahih Al-Jami’, 6649)

***


Tetaplah semangat! Yakinkan diri, bahwa kehadiran anak itu adalah HAK Allah. :)


*Pamulang, Kembali menulis setelah vakum seminggu, Ramadhan ke 10 di tahun 2015. 

Stimulasi Anak Lewat Contekan Dari Komunitas

$
0
0

Aam, 3 tahun 4 bulan
Memiliki anak yang bermasalah dalam urusan tumbuh kembang, bukanlah perkara sederhana. Kita harus mampu meluangkan waktu untuknya, bisa jadi lebih banyak dari anak yang tumbuh kembangnya normal. 

Aam, putraku yang bungsu, saat ini berusia 3 tahun 4 bulan. Ia mengalami disinkronisasi tumbuh kembang. Sempat divonis autis high funcion, tapi gejalanya menghilang. Saat ini aku melibatkan diri dalam beberapa komunitas untuk mencari tahu tentang apa yang dialami Aam ini. 

Sejauh ini, aku melihat, Aam sepertinya memiliki kemampuan visual yang bagus. Ia mampu menyebutkan alpabet dalam dua bahasa saat usianya 2 tahun. Meski terlambat berbicara, setelah setahun kubawa Aam ke terapis, saat ini kemampuan berbicaranya sudah lebih mendingan, meski hanya 2-3 kata satu kalimat. Namun kemampuannya menghapal alpabet, warna, angka, tanda atau sign dalam 2 bahasa semakin bertambah. 

Tapi, beberapa minggu terakhir ini, kemampuan berbahasa Inggrisnya melesat. Dan aku sedikit kewalahan menghadapinya, karena aku menginginkan Aam mampu berbahasa Indonesia. Ia belajar bahasa Inggris dari youtube dan channel disney dan baby tv. 

Akhirnya, aku hadapi Aam dengan dua bahasa. Jika ia menginginkan percakapan dalam Bahasa Indonesia, ia akan memanggilku, Bunda. Tapi jika ia sudah memanggilku dengan "Mommy" itu signal bahwa obrolan kami berikutnya adalah dalam bahasa Inggris. 

Sejauh ini, semuanya berjalan lebih baik. Meski Aam masih harus terus distimulasi untuk komunikasi dua arahnya, karena ia sering sekali bubbling sendirian, atau berbicara panjang lebar dengan kalimat yang tidak bisa kumengerti (mirip bahasa planet, tapi kata-katanya ada yang bisa kupahami, ada yang tidak). 

Aku mencari cara untuk bisa bermain sambil belajar dengan anak di rumah. Minimal ada kegiatan positif untuk Aam.
Aku jadi rajin mencontek info-info yang ada di komunitas, atau di album teman-teman kontak FBku. Pokoknya semua yang menurutku bisa kucoba, aku simpan. 

Aku juga mencoba bergabung dalam komunitas homeschooling. Tujuan utamaku tadinya untuk belajar menjadi homeschooler. Tapi faktanya, aku belum sanggup. Namun, aku terus menggali informasi dari komunitas tersebut, dan memilih kegiatan yang mungkin bisa kulakukan bersama Aam, minimal saat Billa, kakaknya sedang di sekolah. 

Aku pemula dalam urusan Homeschooling. Jadi, ketika bulan lalu memastikan Aam belum cukup siap untuk masuk PAUD (sebelumnya sempat masuk 6 bulan, tapi aku off, karena Aam terlalu sering jatuh sakit), maka aku berniat mencoba "menghomeschoolingkan" Aam selama setahun ini, menjelang masuk tahun ajaran baru tahun depan.

Masalahnya, meski aku ikutan dalam group komunitas HS di Tangsel, aku juga tak bisa aktif terlibat secara fisik ke sana. Aam juga masih harus dicari tempat observasi tumbuh kembangnya.
Walhasil, kucoba aja, beberapa tips ortu keren Homeschooler yang ada di dunia maya. Misalnya membuat plan kecil-kecilan, atau memulai dari satu buku satu hari, dan kegiatan dibuat seputar tema buku.

Nah, cara memulai dengan satu buku ini baru kumulai hari ini.

Setelah ikut mengantar Kak Billa sekolah, Aam terlihat mengantuk. Untuk itu, aku biarkan ia tertidur, hingga jam 10 pagi.

Lalu, setelah ia sarapan dan kondisinya normal, alias “arwahnya sudah mengumpul” sehingga tidak cranky...hehehe, maka aku mulai memilih satu buku.

Buku ini kubeli di Lottemart, diskonan. Buku Import yang reject..:) 
Karena Aam menyukai bahasa Inggris, maka kupilihkan buku Skipper, berjudul Swing. Kami membaca bersama. Tepatnya aku yang membacakan dengan ekspresi dan tone yang disukai Aam. Sambil sesekali kami membahas beberapa kata yang ditanyakannya atau dia sebutkan lagi.
Kegiatan berikutnya, berpindah dengan membacakan atau menunjukkan beberapa gambar hewan yang memiliki kehebatan.

Buku ini kubeli untuk referensi tulisanku
ternyata disukai oleh Aam 

Kupikir, kenapa tidak semuanya tema tentang hewan aja dulu minggu ini ya?

Lalu, aku ambil juga sebuah puzzle tentang hewan-hewan, yang sudah lama dimiliki Aam. Dulu Aam  hanya tertarik pada puzzle alpabet, tidak tertarik puzzle yang lain. Tapi bertambahnya umur dan kemampuannya, Aam menyukainya meski tidak terlalu, dan mampu menyelesaikan puzzle bertema Dora bertualang serta Hewan.

Puzzle sederhana ini tidak hanya dipasang
Tapi Aam mampu menyebutkan semua hewan, dalam dua bahasa 

Setelah itu, aku rehat. Kubiarkan ia bermain clay. Ternyata ia membuat minion. Ini prestasi juga, karena selama ini, Aam tidak mampu membentuk clay menjadi sesuatu, kecuali berupa alpabet atau angka.  Aku juga pinjamkan sebuah spidol yang tidak permanent dan membiarkannya menulis di atas lantai. Sesekali aku ikut menggambar di lantai... :) 

Ini ketika Bundanya iseng ikutan "main sambil belajar"
Menggambarkan rasa sayang Aam pada ayahnya..:) 


Aku tidak tahu, apakah kegiatan ini bisa masuk kategori Homeschooling, tapi yang pasti, aku melihat manfaatnya besar untuk menstimulasi kemampuannya memahami komunikasi dua arah denganku, juga kemampuan bahasanya.


#Mencoba Homeschooling Day #1

Liburan Seru Dengan Kereta Api Memburu

$
0
0



Liburan apakah yang seru bersama anak-anak tahun ini, ya?

Pertanyaan ini muncul, saat putriku mulai liburan. Aku tahu, tidak mungkin liburan jauh-jauh, karena Ayah mereka sulit mengajukan cuti. Si Ayah sedang beradaptasi menjadi orang kantoran.

Ternyata, Allah Maha Baik Hati. 

Ayah anak-anak mendapat off selama 2 hari. Mendengar kabar itu, aku segera menyusun proposal kecil, tentang liburan ke tempat yang dekat dan tidak mahal. Sesuai jadwal si Ayah dan budget relatif terjangkau.

Kuhitung perkiraan biaya, lokasi hotel yang representatif dan yang utama, memilih akomodasi yang tepat, yakni Kereta Api. Ya! Kupikir, kereta Api akan membuat seru perjalanan kali ini. Meskipun tujuannya hanya kota Bandung, tapi jika dengan kereta api, sepertinya bisa menjadi pengalaman seru bagi anak-anak. 

Ini mind map yang kugunakan sebagai persiapan sebelum berangkat
Karena membawa anak-anak kecil,
aku tidak mau panik jika ketinggalan hal penting bagi mereka
iya kan? 
Singkat cerita, proposalku disetujui. Kususun mind map, untuk memastikan semuanya lengkap. Kugunakan fasilitas online untuk membeli e-tiket dan voucer hotel di Bandung. Semuanya dilakukan dengan cepat, karena aku tak mau Ayahnya anak-anak, berubah pikiran... hehehe.

Tiket kereta yang kubeli online
lalu dicetak di stasiun Gambir, dengan mesin khusus.
Sungguh praktis!
Akhirnya... Hari keberangkatan tiba!

Billa dan Aam, kumandikan sebelum tidur, dan kukenakan pakaian pergi. Ini untuk mempersingkat waktu.  Mereka tinggal kugendong ke dalam taksi. Soalnya kami akan pergi menuju stasiun Gambir lepas subuh. Tak cukup waktu membangunkan mereka untuk mandi. Sarapan sudah disiapkan dalam tas (susu uht dan roti). Mereka  tidur selama perjalanan menuju Gambir. Saat terbangun, kami sudah berada di ruang tunggu. Tak terkira ekspresi gembira mereka. 

Ayahnya anak-anak menjelaskan tentang kereta api
Billa dan Aam asyik menyanyikan lagu Naik Kereta Api  
"Bunda, ini kereta api mau ke mana? Yang itu ke mana Bunda? Waaah, nanti kita akan pakai itu ke Bandung?"

Pertanyaan memberondong keluar dari mulut mungil Billa. Matanya berbinar-binar. Itu yang aku mau. Rasa senang yang muncul pada anak-anak. Antusiasme mengenal hal yang seru. Bahkan Aam ikut merasakan kegembiraan kakaknya. Ia ikut bernyanyi lagu Naik Kereta Api bersama kakaknya.

Mereka tak pernah bisa diam. Selama perjalanan, ada saja kejadian-kejadian lucu. Sungguh, aku merasa bahagia, karena rencanaku membuat Billa merasakan perjalanan seru dengan kereta api terlihat berhasil.

Dan inilah yang terjadi selama perjalanan
Berebut bantal :) 

"KDRT" antar sodara pun terjadi.. hahaha
Billa dan Aam tentu merasakan capek bermain dan bertengkar selama perjalanan. Akhirnya, ayunan serta goyangan kereta api, membuai mereka. Tak lama, suara mereka mulai menghilang. Mereka tertidur, setelah sibuk berkomentar tentang banyak hal yang dilihat sepanjang perjalanan.

Enaknya naik kereta, ya kalau capek bisa tidur.
Goyangan kereta, membuat Billa merasa seperti dalam ayunan.. 
Untuk ukuran pengalaman pertama mereka, perjalanan ini tidak membosankan. Kupilih jalur ke Bandung, karena relatif tidak terlalu lama perjalanannya, namun tetap memberi sensasi baru bagi mereka. Mengingat selama ini kami sering bertraveling ke Bandung tapi dengan kendaraan pribadi atau pesawat.

Pemandangan Alamnya juga cukup menarik lhooo
Menjelang siang hari, kereta  tiba di Stasiun Bandung dengan selamat. Hanya terlambat kurang dari setengah jam. Bersyukur, aku dijemput oleh sahabat suami, Kak Yudi yang tinggal di Bandung. Kami segera cek in ke hotel  yang dekat mal (ini agar tidak sulit mencari makan) dan mulai berkunjung ke spot wisata terdekat.

Hai!
Ini keluarga Sirkus dari Pamulang hahaha
Eh ini Onasis' family sudah sampai di Stasiun Bandung 

Dalam hitungan 24 jam, kami menikmati dua tempat wisata yang mengesankan bagi anak-anak. Yakni mengenal angklung sebagai alat tradisional Sunda. Kemudian,  esok harinya ke kebun binatang.

Billa terlihat tertarik memperhatikan musik angklung. Apalagi saat  para pengunjung dilibatkan belajar angklung.

Billa juga tak berhenti berkata, "Kak Billa senang banget bisa kasih makan burung kakak tua, Bunda. Terima kasih sudah membawa Kakak ke kebun binatang," setelah kubawa  ke kebun binatang yang tak jauh dari penginapan.

Saat berada di kereta arah pulang ke Jakarta,  Billa berusaha tidak tidur. Ia ingin melihat kembali pemandangan sepanjang perjalanan. Rasa rasa ingin tahunya bertambah, saat ia bisa melihat kepala kereta api melalui jendela, ketika rel kereta membelok.

"Wow... ini keren, Bunda!" serunya...

Ini pemandangan saat pulang ke Jakarta
Billa terlihat antusias melihat posisi kepala gerbong yang berada
di depan kereta, bisa terlihat, saat rel membelok
Tak lama, ia pun menggerakkan spidol, menggambar kereta api dan isinya.

"Nanti di sekolah, Kakak akan ceritakan tentang Kereta Api kepada Miss Ani dan Miss Rona (dua orang wali kelasnya). Makasih sudah ajak Kakak naik kereta ya, Bund!" 

Aaah, kalimat itu membuat lunas semua usahaku. Liburan memang tak harus jauh, tak harus mahal, dan tak harus berlama-lama. Yang penting, tujuan utama memberi pengalaman seru berlibur buat Billa, tercapai.

Seperti biasa, Billa kalau mendapat pengalaman seru, akan segera menggambar
Ia langsung menggambar kereta api di buku yang dibelinya saat di Bandung
Kami tiba di rumah saat malam hari. Kupikir  pengaruh pengalaman seru ini sampai di sini saja. Hanya untuk Billa.  Ternyata, aku keliru. Karena keesokan harinya, Aam yang saat itu belum banyak bicara, menunjukkan hasil karyanya padaku.

Aku terharu.

Aam ternyata menikmati liburan kemarin. Ia menunjukkannya dalam bentuk kepingan puzzle dan alpabet yang dimilikinya. Ia membuat reka sebuah kereta api dengan kebulan asap alpabet.

Ah... Nikmat Allah mana lagi yang tidak kusyukuri?

Alhamdulillah...

Ini adalah hasil karya Aam
Ia memiliki cara sendiri dalam mengingat liburan seru dengan kereta api nya
Susunan puzzlenya dibentuk seperti kereta
dengan alpabet sebagai asapnya...:) 

Aiiiih, aku jadi ketagihan membuat rencara liburan seru bagi Billa dan Aam. Berikutnya, jika ada rejeki liburan, aku ingin ke provinsi Kepulauan Riau. Aku terpikir mengajak mereka ke Pulau Batam.

Alasannya, karena aku pernah sekali ke sana, namun tak sempat mengeksplore kota akibat keterbatasan waktu. Kabarnya kota itu adalah kota ke 3 terbanyak didatangi turis di Indonesia (setelah Denpasar dan Jakara). Info tentang Pulau Batam, membuatku ingin mengenal Batam. Kota industri yang menarik!

Belum lagi, kabarnya dari Batam menuju Johor yang memiliki lokasi wisata Hello Kitty dan Legoland, dapat ditempuh kurang dari 1 jam perjalanan kapal. Wiiiih, anak-anak pasti akan senang, jika liburan ke sana menggunakan kapal laut. Sebagai anak mantan pelaut, mereka perlu mengenal transportasi bernama Kapal toh?

*smile ear to ear...


***

Tulisan ini diikutsertakan pada #1stGALinaSasmita. 





Mensiasati Anak Yang Ingin Ultahnya Dirayakan

$
0
0





Orang tua mana yang tidak ingin anaknya bahagia? Semuanya pasti mau kan ya?
Aku juga! Selalu berusaha agar Billa dan Aam menjadi anak yang happy. 

Khusus untuk Billa, selama dia TK, aku mengikuti maunya.. merayakan ulang tahun sebagai wujud usaha membahagiakannya. Tapi faktanya... capek juga ngurusinnya. Apalagi setelah ada Aam,... kadang susah mau belanja keperluan atau ngurusin pihak EO nya. 

Singkat cerita...sejak Billa SD,  aku sudah berniat untuk tidak merayakan ulang tahun Billa lagi di tempat ramai atau di sekolah. Alasan pertama, karena Aam belum bisa dilepas begitu saja, aku harus sering mendampinginya. Sehingga usaha mengurus ultah Kak Billa tak dapat maksimal dilakukan. Alasan ke dua, karena penghematan biaya. 

Dulu itu, waktu Billa TK, aku pernah dikasih budget "hanya" 2 juta oleh Ayahnya Billa Aam untuk merayakan Ultah Billa di sekolah. 

Berhasilkah?

Alhamdulillah berhasil. Aku menggunakan fasilitas Dunkin Donut serta membeli goodie bag yang menarik dan bermanfaat dengan harga relatif terjangkau. Semua bisa diwujudkan untuk 30 orang undangan di sekolah. Tapi ... letihnya masih terasa sampe sekarang. wkwkwkw. Bukan apa-apa.. karena aku gak gitu suka ngurusin printilan gini, jadinya berasa beban. 

Singkat cerita... 

Sejak Billa kelas 1 SD, aku mulai bersiasat. 

Ulang tahunnya ke 6 tahun lalu, berhasil aku negosiasikan.

Caranya? 

Aku tanya ke Billa. Apa benda yang sangat diinginkannya...
Ternyata ia menginginkan kolam renang. Dan itu berhasil diwujudkan, dengan membeli kolam renang plastik ukuran 1,5  kali 1,5 meter. Harganya gak sampe 300 ribu. 

Lumayan ngesave banyak kan?, jika patokannya adalah 2 juta rupiah. 

Nah untuk tahun ini, aku kembali putar otak. Setelah setiap hari, minggu dan bulan, Billa selalu bilang ingin dirayakan ulang tahunnya. Aku mulai mencari akal.

Beberapa minggu sebelum hari H, aku tanya ke dia. 

"Kakak pingin ultahnya dirayain karena apa? Ingin berbagi? Ada kue ulang tahun atau apa?" tanyaku.

Jawabanya bikin aku surprise. "Kakak pengen punya kado segunung!"

Eaaaaa... hehehehe

Aku segera menemukan ide. 

*tring!

"Kak, Gimana kalau Kakak gak usah dirayain ulang tahunnya? Tapi Kakak bikin wish list dan nanti kita main treasure hunting. Jadi kakak cari dimana kadonya. Bunda buatkan petunjuk."

Matanya berbinar-binar. Bertanda ia suka dengan ide itu. Dan ... DEAL!

Ia pun menuliskan 10 (sebenarnya 11 yang ditulisnya... yg ke 11 jam tangan yang bisa dibuka tutup) hal yang diinginkannya. 




Dan akupun mulai hunting kado. Alhamdulillah, budgetnya hanya separuh dari 2 juta yang digunakan waktu ngerayain ultah di sekolah TK nya. Kalau ngerayain seperti yang dipengenkannya kemaren, bisa-bisa sekitar 5 jutaan dana keluar. Aduuuuh..:)
Setelah selesai hunting kado. Malam sebelum hari H, aku membuatkan peta sederhana. :) Dan mulai menyembunyikan beberapa petunjuk. Karena rumahnya kecil, maka petunjuknya hanya 3 buah saja..:) 


Ini peta dan 3 gulungan petunjuknya 


Kukerjakan jam 4 dini hari, selama 30 menit saja..:) 



Inilah tempat-tempat yang dijadikan persembunyikan petunjuk harta karunnya, hingga Kak Billa berhasil menemukannya di dalam lemari. hehehe 


Petunjuk pertama.. Gunung Pakaian..:)
*sebetulnya itu sih gunungan baju belum dan sudah disetrika emaknya.. hahaha
Petunjuk ke dua.. Gudang Makanan
*ini juga hanya lemari tempat nyimpan makanan cemilan anak2..hehehe 
Petunjuk terakhir, adalah melewati Kipas Angin..:)
dan satu2nya wilayah yang dekat kipas angin adalah kamar tidur yang ada lemari billa :) 
Kak Billa masih bau iler saat permainan ini dimulai. Tapi dia sudah gak ngantuk lagi...wkwkwk
Meskipun rumah kontrakan kami kecil, tapi seru juga melihat dia membaca dan mengartikan petunjuk dalam gulungan kertas tersebut.


Dan...

Inilah gunungan kado milik Kak Billa.

Sebetulnya aku juga ngajuin proposal ke adik-adikku di Palembang. Mereka mendukung kegiatan ini. Harga kado relatif murah dan terjangkau. Ada juga satu dua yang mungkin agak mahal, tapi itu diluar keinginanku...hahaha... Soalnya aku sudah bilang ke adik-adik, untuk membeli yang harganya kisaran 20-30 ribu saja..:)


Billa dan Segunung Kado sebagai harapannya :) 

Oh iya... Kak Billa sempat dapat kado susulan dari Mbu (adek papaku) dan juga dari adik-adik ayahnya. Waaah tambah menggunung deh kadonya..:)


senyum cerah Billa dapat kado susulan

Singkat cerita... emang kudu disesuaikan dengan kantong alias dana, jika kita ingin merayakan ulang tahun anak kita. Meski ini bukan sebuah keharusan... aku sendiri berhenti dirayakan ulang tahunnya setelah usiaku 9 tahun. (oleh orang tuaku). Sisanya mereka memberiku kado saja. 

Terus terang, setelah jadi orang tua, aku malah males mengingat ulang tahunku. Berasa usia memang berkurang..hahaha.. 

Tapi menyenangkan anak kecil, apalagi anak kandung sendiri, buatku itu wajib bin kudu. Yang penting, harus disesuaikan dengan budget yang ada, serta ...be creative to do it..:) 

#latepost. Harusnya diposting pas tanggal 30 Agustus kemaren..hiks... 



Maafkan Bundamu Yang Pemarah Ini, Ya, Nak.

$
0
0
gambar pinjem dari pinterest.com


Alunan suara seorang hafizh di smartphone mengisi keheningan dalam mobilku. Putri sulungku tertidur di kursi depan. Ia baru selesai kupaksa mendengarkan surah Al Bayyinah. Itu untuk persiapan ujian tahfiznya pagi ini di sekolah. Namun, kondisi mengantuk dan mungkin letih mental habis kuomelin, membuatnya ingin mengistirahatkan diri.

Diomelin?

Iya... kuomelin.

Aku menarik napas. Kulirik sekali lagi dia. Kondisi jalan yang agak macet memungkinkan buatku menatap wajah innocentnya agak lama. Matanya terkatup rapat. Napasnya teratur. Tapi aku tahu. Billa, putri sulungku lelah.

Seketika, rasa sesal menggelayut di dalam hati.

Pagi ini, kurusak suasana rumah dengan omelanku.

"Bill... kenapa melamun terus sih!. Minum susu melamun. Disuruh pake seragam melamun. Mau sholat melamun dulu. Billa tahu nggak, kalau melamun itu temannya setan!"

Suaraku membahana. Bisa jadi memekakkan telinga kecilnya. Entah kutipan darimana, jika aku menyimpulkan kalau melamun itu teman setan. Aku hanya mengucapkannya agar putriku berhenti melamun. Rasa nyeri di tengkuk dan bahuku akibat asam urat yang tinggi mendukung emosi mengomel.

Mata Billa berkaca-kaca. Tapi sepertinya setan sudah menjadi temanku. Air yang tertahan di matanya tak membuatku diam. Aku terus berbicara dengan suara tinggi perihal kelambanannya berpakaian, kebiasaannya melamun dan tidak fokus. Pokoknya segudang kesalahannya di mataku.

Denyut rasa sakit di tengkuk semakin menjadi. Aku akhirnya memilih duduk dan mengatur oksigen yang masuk ke paru-paruku. Ini semua harus kustop. Harus kuhentikan. Sesaat aku merasa..., aku telah berubah menjadi monster. 

Billa mendekatiku. Saat itulah, kulihat matanya yang terluka. Aku ikut terluka.

“Tolong sisirin rambut Kakak, Bund.” Ucapnya lirik diselingi sedan lemah. Billa masih menunjukkan kalau ia butuh aku. Ibunya.

Badanku melemas. Hatiku terhempas. Aku menyakitinya. Putri yang kehadirannya ada setelah hampir 9 tahun pernikahanku.

“Tiiin... ! Tiiin!”

Suara klakson dari mobil belakang membangunkanku dari lamunan. Alunan surah Al Bayyinah sudah berganti dengam surah Az zalzalah. Billa semakin terlelap dalam tidur paginya. Perjalanan kami ke sekolah baru separuhnya. Sekarang kemacetan tak begitu berarti. Roda kendaraanku berjalan pelan namun terus bergerak. Kondisi ini sedikit menghibur, meski aku sesekali tetap meringis menahan sakit di tengkuk. Serta menahan pilu di satu bilik hati.

Apakah aku bukan ibu yang baik, ya? Apakah aku seorang monster? Apakah aku gagal menjadi Ibu yang baik, seperti yang dikatakan para ahli dan pakar parenting di banyak buku yang kubaca? Apakah aku telah menghancurkan jiwa kecil Billa? Selumbung rasa bersalah menutupi hati. Rahangku mengeras. Ada apa dengan aku?

Sekilas aku teringat betapa Billa begitu romantis. Ia begitu ekspresif menyatakan cinta dan sayangnya padaku. Pelukan, celotehan dan tulisannya selalu menunjukkan jika ia sangat mencintaiku. Apakah cintaku tak sebesar milik Billa?

Billa Yang Romantis. Selalu membuatku luluh dengan surat cintanya

Tak terasa air mataku ikut mengalir. Selalu begitu. Penyesalan datang belakangan. Panas di ujung mataku tak mampu bertahan. Emosiku jebol. Airmata itu mengalir deras namun tanpa suara.  Kembali kulirik Billa dan juga Aam, putra bungsuku, yang suara dengkur halusnya terdengar dari kursi belakang. Beruntung mereka tidak melihat tangisku pagi ini.

Saat tisu mengelap basah pipi, ingatanku seperti ditarik pada setiap fase dalam hidupku 10 tahun terakhir. Saat aku meratapi nasibku yang sudah 6 tahun menikah, namun belum dikarunia anak. Ketika aku harus memilih antara melanjutkan sekolah atau fokus pada terapi kehamilan. Di waktu harus menentukan pilihan antara fokus pada anak-anak atau kerja di Palembang sebagai dosen dan PNS.

Satu demi satu lembar masa lalu dan pilihan hidup itu menari di kepalaku.

Akhirnya, aku memilih jadi seorang Ibu.

Tapi hari ini...aku merasa gagal menjadi seorang Ibu. Aku bagaikan monster yang berujud Ibu. Airmataku kembali mengalir. Aku tak bisa memperbaiki yang sudah terjadi. Aku masih harus belajar memperbaiki kelakuanku, mengingat kembali alasan aku mengemis pada Allah untuk diberi keturunan serta meyakini jika semua ujian anak padaku selama ini harus mampu kuhadapi.

Ujian kesabaran. Ujian utama menjadi seorang ibu. Aku sering merasa gagal jika yang diuji masalah mental ini. Referensi hidup terdekat adalah Mamaku. Seorang perempuan penyabar yang cenderung memilih diam dalam marahnya. Aku tak ingat kapan terakhir mendengar suaranya meninggi. Karena ia tak pernah memilih menaikkan suara saat memarahiku. Ia memilih kata-kata yang sedikit menghujam jantung, sehingga aku dan adik-adikku kapok sekapok-kapoknya, sampai tak berani mengulangi kesalahan yang diomelin Mama.

“Berwudhulah, Dian.”

Itu juga, nasehat yang paling sering dikatakan beberapa orang dekat, termasuk suamiku. Ini salah satu jurus agar kemarahanku menurun. Agar omelanku dengan suara tinggi mereda. Agar sikap buruk tak sabar menghilang terbang.

Sesaat aku kembali ke dunia nyata. Mobil harus kubelokkan ke kiri. Aku membelokkannya agak tajam. Sehingga Billa terbangun dan ia menyipitkan matanya karena menahan cahaya.

“Kita sudah hampir tiba di sekolah. Bangun, Kak!.”

Masih ada nada emosi di suaraku. Astaga... sulitnya menurunkan emosi agar tidak lagi mengomeli putri cantikku ini. Bayangan menjadi Ibu dengan suara yang lembut dan karakter yang santun, lenyap sudah. Aku mencoba. Tapi suaraku tidak mewakili usahaku.

Billa memperbaiki posisi duduknya. Meletakkan smartphoneku ke dalam tasku.

“Kakak hanya mampu menghapalnya setengah surah, Bund.” Katanya lirih.

Aku segera mengangguk memaklumi. Kali ini, aku bersyukur berhasil memakluminya. Tak semua anak memiliki kemampuan cepat menghapal. Harusnya aku ingat itu tadi malam. Tak semua anak memiliki daya ingat yang kuat. Harusnya itu yang kujadikan patokan sebelum mengomel semalam dan tadi pagi.

Kuparkir mobil di lapangan luas sekolah Billa. Kami sepertinya agak terlambat  Tapi aku sudah tak begitu memikirkannya. Aku tengah membenahi hatiku sebagai seorang Ibu. Apa yang dilakukan seorang Ibu yang telah bersalah seperti aku? Bagaimana sikap yang harus kulakukan karena kadung mengomeli Billa sedemikian rupa?. Dan terus terang... ini bukan kali pertama. Meski aku tidak sering melakukannya. Biasanya jika pekerjaan rumah menumpuk, kesehatanku yang memburuk, ide menulis tak tertumpahkan dengan baik dan kondisi sekitar yang tak mendukunglah yang memicuku menjadi pemarah.

Ah... alasan itu lagi. Batinku marah pada diri.

Fokusku kemudian teralih. Billa sudah siap turun dari mobil. Aam masih tertidur. Kupilih menurunkan jendela sedikit agar oksigen tetap masuk. Kukunci pintu. Jarak parkiran dengan pintu gerbang, hanya 15-20 meter. Aam akan baik-baik saja di dalam mobil.

Billa menarik tanganku dan menggenggamnya. Seperti hari-hari yang lalu. Kulirik Billa untuk kesekian kalinya. Ia terlihat biasa saja. Air matanya yang mengalir semalam dan sebelum berangkat sudah tak berbekas. Namun, apakah hatinya masih sakit akibat omelanku? Aku tak tahu dan tak berani untuk menerka. 

“Sampai sini saja, Bund.” Kata-katanya menghentikan langkahku. Kami sudah tiba di dekat gerbang sekolah. Kepalanya menengadah dan tersenyum manis. Aku mengganti posisi, sehingga setengah jongkok untuk menyamakan sudut pandang mata kami berdua.

“Semangat ya, Nak. Semoga berhasil UAS hari ini.” Kataku mencoba tenang dan tegas seperti biasa. Tapi tenggorokanku sakit. Hatiku perih. Aku tahu, ada yang salah dengan sikapku. Hati kecilku tahu. Kutahan agar hawa panas di ujung mataku tak memancing air mata lagi. Kutelan ludah. Getir kurasa.

“Iya Bund.” Senyum tipis mengulas di bibir kecilnya.

Ah, Billa.... Andai aku bisa menceritakan bagaimana jatuh bangunnya aku belajar menjadi Bundamu. Prosesnya tidak pernah mudah, Nak. Ini adalah perjuangan Si pemarah yang sudah berumur 40an tapi baru punya anak usia 7 dan 3 tahun. 

Terus terang aku iri pada para Ibu yang selalu berbagi cerita jika mereka tak pernah marah. Suara mereka selalu lembut saat tak suka atas sikap anaknya. Aku belum bisa. Sepertinya aku masih jauh dari sikap seorang Ibu yang sempurna.

Tapi,  aku selalu berusaha memperbaikinya. Bukan pekerjaan mudah. Karena pekerjaan menjadi Ibu, memang tak pernah mudah. Ada banyak kewajiban atas diri seorang Ibu. Meski pula ada hak di dalamnya. 

Aku pernah membaca, begitu banyak hal yang harus diperhatikan, saat berperanan sebagai ibu.

Aku harus berusaha keras untuk tidak  membohongi Billa dan Aam. Aku juga perlu menghargai setiap usaha Billa dan Aam sekecil apapun. Meski tak mudah, aku juga berusaha adil atas mereka berdua. Usahaku juga ditambah, dengan mencoba tidak menghina Billa dan Aam dengan kata-kata julukan kasar. Serta menepati janji pada mereka semampuku. Sejauh ini cukup berhasil. 

Kewajiban lain yang juga sulit adalah harus berusaha tidak membanding-bandingkan Billa dengan Aam. Masing-masing memiliki kelebihan masing-masing. Apalagi Aam dan Billa seperti langit dan bumi. Seperti air dan minyak. Sungguh sulit untuk tidak membandingkannya. Namun tugasku untuk berusaha membuat mereka nyaman dengan diri mereka sendiri.

Dalam proses belajar menuntaskan kewajiban, bukan tidak mungkin aku mengalami kesulitan. Seperti tingginya suaraku saat marah. Atau lama mengomeli Billa hingga ia menangis. Saat itulah, jika aku tak berhasil menahan emosi, aku berubah menjadi Monster dan bukan Mother. 

Namun, aku percaya. Ibarat bayi yang berada pada fase belajar berjalan. Sekali jatuh, jangan pernah menyerah untuk berdiri dan belajar jalan lagi. Sekali belajar menjadi Ibu, maka berusaha keras menjadi Mother yang bukan Monster.

“Emmm... Kak.” Kalimatku tertahan. Kutatap kedalaman matanya yang bening. Bahasa tubuhnya sudah tak sabar untuk melangkah ke arah gedung sekolahnya.

“Kakak tahukan, kalau Bunda marah bukan karena benci pada Kakak?” tanyaku perlahan.

Senyum tipisnya kembali muncul.  Billa mengangguk tegas.

“Bunda kan kalo marah karena Bunda sayang Kakak. Karena Bunda ingin Kakak patuh. Iya kan, Bund?” jawabnya berupa tanya, namun bernada ceria.

Aku menarik napas dan merasakan sesak dada sesaat. Anak kecil ini lebih pengertian bahkan lebih pemaaf dari pada aku, Ibunya.

“Iya. betul, Kak.” Kupeluk Billa. Kualihkan rasa bersalah menjadi rasa cinta yang besar. "I love you," lirih kukatakan mantra 3 kata itu dekat telinganya.

“I love you too, Bunda.” Dibalasnya pelukanku. Pelukan yang selalu kami lakukan sejak Billa masuk kelas 2 SD. Sudah 6 bulan kami melakukan itu. Tujuan utamanya, agar Billa merasa nyaman. Sejauh ini, prosesi memeluk ini memang mempengaruhi emosi kami berdua. Bahkan pagi ini, justru hatiku terasa nyaman setelah memeluk tubuh mungilnya.

Kucium pipinya yang licin. Mata Billa kembali berbinar. Billa bisa jadi memaafkanku. Meski aku dapat mengira, ada sesaat ia merasa terluka atas omelanku. Kulepaskan tubuhnya untuk melangkah menuju kelas. Beberapa langkah menjauh dariku, Billa menoleh dan melambaikan tangan ke arahku. 

Ah..., Aku harus belajar darimu, Nak. Belajar menjadi pemaaf. Sekaligus belajar menjadi Ibu yang memaklumi kekurangan anaknya. Termasuk kekurangan diri Bunda sendiri.  

Maafkan Bunda, ya Bill...


*Kutulis karena rasa malu atas sikap pemarahku. Semoga Allah menguatkan mental anak-anakku karena memiliki Ibu yang sering gagal berhasil mengalahkan sikap pemarahnya. :(

***



Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Sejuta Kisah Ibu

Ibu Keren Harus Tahu Tentang Apotik Asyik Satu Ini!

$
0
0


Aku dan anak-anak narsis saat traveling

Aku termasuk perempuan yang sudah cukup matang, jika nggak mau dibilang tua - he he he - saat memiliki anak. Putri pertamaku lahir, setelah perjuanganku berobat ke sana ke mari selama 9 tahun pernikahan, dan usiaku sudah masuk 34 tahun. Sedangkan putra bungsuku, lahir di saat usiaku 38 tahun.

Dengan usia sematang itu, kupikir,  aku merasa sudah cukup banyak mempelajari pengetahuan seputar kesehatan anak. Tak sedikit buku yang kubeli serta artikel di internet yang kubaca. Namun faktanya, tak sedikit pula, pengetahuan tentang kesehatan justru, kudapatkan lewat pengalaman tak enak terlebih dahulu.

Salah satunya, adalah saat Billa, putriku masih bayi dan masih minum asi. Meski terlahir sebagai bayi premature, Billa mendapat asupan asi yang cukup dariku. Tak sekalipun kuijinkan para suster rumah sakit untuk memberinya susu formula. Aku ingin ASI Ekslusif bagi putri yang lama kunanti kehadirannya.

Suatu hari, Billa terlihat memiliki bintik-bintik di sekujur wajahnya. Aku heran dan bercampur bingung. Billa baru berusia beberapa hari, dan masih berada di rumah sakit.

"Kenapa putriku, ya suster?" tanyaku bingung.

Suster mengamati dengan cermat kondisi kulit wajah putriku.

"Ibu makan apa tadi siang?" selidik suster yang berperawakan gemuk namun memiliki senyum yang menenangkan.

"Hemmm... gado-gado suster." jawabku

"Ada kacang dan tomat, ya?" Suster tersebut bertanya sambil mengelus pipi putriku. Aku mengangguk.

"Kalau begitu, putri ibu alergi terhadap dua jenis makanan tersebut," simpulnya.

Dan memang, setelah kuhindari dua jenis makanan tersebut. Kulit Billa berangsur sembuh dan tak merah atau gatal lagi. Hingga kini, putriku yang telah berusia 7 tahun tersebut tidak bisa makan kacang dan coklat dalam jumlah banyak. Hanya boleh 1-2 gigitan saja. Jika tidak, ia akan mengalami batuk parah, sampai demam.

Kenyataan alergi seperti ini juga dialami oleh adiknya. Bahkan lebih parah lagi.

Aam, demikian kami biasa memanggil si bungsu ini gemar makan coklat. Ia juga suka berguling-guling di karpet atau lantai. Usianya saat ketahuan memiliki alergi sekitar 2,5 tahun. Ia mengalami batuk yang sangat parah, sehingga kesulitan bernapas. Ia terlihat tersengal-sengal saat berusaha menghirup oksigen. Aku bahkan pernah harus  membawanya 3 kali ke UGD dalam waktu 24 jam.

Setelah diperiksa oleh dokter spesialis anak langgananku, maka aku mendapat pengetahuan baru. Ternyata selama ini, kedua anakku sering mengalami batuk dan pilek yang parah, hingga demam atau sesak napas, akibat alergi terhadap jenis makanan tertentu dan udara. Beberapa penyebabnya adalah alergi pada coklat, kacang dan udara lembab.

Akibatnya, aku harus selalu siap dan menyimpan obat alergi khusus yang diresepkan oleh dokter anak langganan kami.  Apalagi, aku dan keluarga sering juga traveling ke luar kota. Suamiku sering mengikuti training ke luar kota. Ia sering mengajakku dan anak-anak ikut serta. Sehingga, persediaan obat alergi tersebut, harus selalu kubawa kemana pun anak-anakku ikut.

Sayangnya, upaya mendapatkan obat alergi ini, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Tak jarang, aku harus mencari di beberapa mal atau pusat perbelanjaan, namun,  sering kali apotik-apotik di mal tersebut menawarkan merek lain. Meski isinya, kata mereka sama. Tapi entahlah..., aku sudah terbiasa memakai merek yang direkomendasikan dokter, dan sejauh ini sangat cocok untuk kedua anakku tersebut. Sehingga tawaran merek lain dari apotik di mal-mal tersebut kutolak.

Terkadang, kucoba mengajukan resep ke apotik di sebuah rumah sakit. Sayangnya tak semua rumah sakit bersedia menerima kopian resep dari rumah sakit lain atau bukan dari dokter yang berpraktek di rumah sakit tersebut. Ini kadang-kadang menjengkelkan, apalagi jika rumah sakit tersebut sebetulnya memiliki obat yang kucari.

Sebenarnya di sekitar rumahku ada juga beberapa apotik. Tapi,  sering kali, apotik-apotik tersebut mengalami kehabisan stok atau justru tidak punya obat itu sama sekali.

Kondisi sulitnya mendapatkan obat alergi bagi kedua anakku ini sangat menyita waktu, belum lagi jika kita bicara perasaan ya...:) Karena harus pindah dari satu mal ke mal lain, dari satu apotik ke apotik lain, hanya untuk mendapati ketidakadaan obat tersebut.

Keadaan yang tidak efisien ini ternyata ada solusinya. Aku mendapatkan informasi dari sebuah komunitas, tentang keberadaan sebuah apotik di dunia maya.


Aku sempat bingung... wah... apotik model begini, bagaimana cara memberi resepnya ya? Lalu apa nggak rusak obat pesanan kita jika dikirim dengan sistem paket atau diantar kurir? Terus mahal nggak ya? dan banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku.

Dari pada aku bingung, segera kucari info tentang Apotik prosehat tersebut.

Ini tampilan cara kerja apotik prosehat
jika dilihat melalui komputer

Ternyata apotik ini merupakan swalayan kesehatan online pertama di Indonesia. Bahkan, apotik dunia maya ini juga merupakan rekanan dari website TanyaDok.com.

"Wow!" kupikir ini sangat keren....

Apalagi, pelanggan seluruh Indonesia dapat menemukan dan membeli obat asli berupa obat resep dan obat bebas. Karena website prosehat memiliki fitur e-prescription, yaitu sejenis jasa tebus resep online. Caranya pun mudah. Kita cukup mengupload foto resep ke website atau ke aplikasi Android Prosehat. 


applikasi ini mudah diunduh dan hanya memiliki kuota 5.21 mb
sangat ringan dan mudah diakses
Aku pribadi, segera mendownload applikasi tersebut dan menggunakannya. Yang bikin asyik, adalah setiap pembelian obat dengan nominal minimal 100 ribu, aku mendapatkan gratis ongkos kirim seputaran wilayah jakarta. Buat emak-emak pencinta gratisan, jika belanja online lalu gratis ongkos kirim, itu merupakan benefit yang dicari. Ini sungguh menyenangkan. Jariku dengan lincah memilih beberapa vitamin dan obat masuk angin, hingga nominal lebih sedikit dari 100ribu.

Klik bagian foto resep obat. Maka selanjutnya kita ikuti langkah berikutnya
Beberapa obat bahkan memiliki harga yang didiskon atau harga promosi. Mataku dengan cepat melihat-lihat isi website tersebut.

Semua ini, tidak sulit sama sekali. Proses onlinenya terbilang mudah. Belum lagi, apotik prosehat memiliki fasilitas COD, alias Cash On Delivery. Duuuh, ini memudahkan. Karena aku cukup menyiapkan uangnya, saat kurir sampai di rumahku.

Sungguh! Ini ibarat mendapat durian runtuh. karena mendapatkan informasi that make my life become more easier. Sosial media prosehat untuk mendapatkan cara hidup sehat, lebih mudah dan hemat. .

Aku percaya, dengan menggunakan jasa apotik prosehat, kesulitanku dalam mencari obat alergi untuk anak-anakku, segera teratasi. Akan banyak penghematan waktu dan energi untuk seorang ibu rumah tangga dengan dua anak yang sangat aktif, seperti aku ini.

Oh iya, kita sebagai pengguna jasa apotik ini nggak perlu khawatir tentang sistem packaging atau bungkus paket obat yang dipesan. Karena, obat dibungkus dengan rapi, dengan wadah plastik yang ringkas serta tertutup. Bagian dalam obat juga diamankan dengan penggunaaan plastik bergelembung udara yang menjaga paket dari benturan. Singkatnya, prosehat menjaga betul kualitas paket obatnya.

Ini salah satu contoh kemasan paket yang kuterima dari apotik prosehat. Yakni sebuah paket P3K Liburan Anak.


Kondisi isi paket P3K yang kuterima
Perlindungan pada obatnya sungguh menenangkan hati

Paket ini isinya sangat cocok, terutama para ibu yang sering traveling dengan anak-anak. Di dalamnya tak saja ada obat-obatan, namun juga ada boklet yang menjelaskan tentang beberapa penyakit yang umum terjadi selama perjalanan jauh pada anak berikut tips pertolongan pertamanya. Oh iya.. kita juga akan menerima note pengiriman di dalam paket. Sehingga ada bukti tentang proses pembelian kita.

Persediaan yang wajib dibawa jika traveling bersama anak-anak


Boklet P3K Liburan Anak

nota pengiriman
Kotak P3K Liburan Anak seperti ini harus ada dalam setiap kendaraan keluarga. Aku sendiri telah meletakkannya dengan cantik di dalam mobil kami. Apalagi saat liburan seperti ini. Wajib hukumnya memiliki kotak P3K, demi pertolongan pertama bagi anak-anak yang rentan mengalami sakit saat di perjalanan.

Jadi, tunggu apalagi? Untuk para ibu yang pintar dalam mengelola kesehatannya, serta ingin mengefisiensikan waktu dan tenaganya dalam mencari obat demi si buah hati atau keluarga, bisa memanfaatkan informasi berharga ini...

Trust me.. this cyber drugstore really can make your life more easier....:D


*Pamulang, Awal Januari 2016






(Kuliner) Tom Yam Dalam Kelapa ?

$
0
0
Tom Yam Kelapa
Saung Ibu
Siap Disantap


Sebelum mencoba makanan bernama  tom yam, aku terbiasa makan pindang dan makanan berkuah sejenis asam pedas. Aku juga sesekali masak lo di rumah, tapi belum pernah nyicip apalagi memasak jenis masakan khas Thailand ini.  Jadi, saat aku belum pernah nyoba tom yam, tahu-tahu diperkenalkan dengan tom yam dalam kelapa, tentu saja aku jadi bingung. 


Tom yam dalam kelapa? Makannya bagaimana? Seperti apa rupanya? Lalu, pertanyaan demi pertanyaan itu semakin memupuk rasa ingin tahuku. 


"Sepertinya, menikmati tom yam yg ada dalam kelapa akan menjadi pengalaman yang unik nih..." pikirku. 


Aku kemudian mencoba menggunakan fasilitas go food dari go jek. Kuorder tom yam Saung Ibu, yang berlokasi di Jalan Sulawesi Raya, Ciputat, Tangerang Selatan. 


aplikasi go food in ngebantu banget

Maka, cukup dengan menyiapkan uang sejumlah 33 ribu untuk harga tom yam istimewa dan 10 ribu fee bagi driver go food, maka tomyam spesial yg kuorder tiba di rumah 15 menit kemudian.


Isi tom yam spesial ini terdiri atas seafood plus bakso plus jamur. 


penampakan tom yam saat baru dibuka dari bungkusannya


Penampakannya unik.
Rasanya asyik.

Dan pemesanan juga gak pelik. 


Terus terang, Ini kali pertama kulihat sendiri tom yam dalam kelapa.
Rasanya sungguh segar. Pedasnya mantap karena ada rawit merah dipotong2 dan dalam bungkus terpisah. Serta rasa asam yg ternetralisir sedikit oleh kelapa. Apalagi ketahanan makanan ini cukup lama loo... Bisa sekitar 10 jam masih enak diicip-icip.

Waktu kuterima, kondisi tom yam juga masih hangat. Wiih... mana aku lagi rada flu. Mantap banget deh obat segar badannya. 

Jika tertarik mencobanya, bisa cek di app go food. Klik aja tom yam kelapa Saung Ibu.
Lalu pilih menu dan ikuti tahapan pengorderan. Udah deh... 15 hingga 20 menit tom yam kelapa yg hangat tiba di rumah.


Kemudahan seperti ini, ditambah masakan yang tetap hangat saat diantar di tempat, bakalan membuat ibu-ibu pemalas masak sepertiku merasa diberi kenikmatan tiada tara. Alhamdulillah...



[Temanku Penulis] Tanti Amelia, Perempuan Multi Bakat.

$
0
0
Pengantar

Postingan dengan tag "Temanku Penulis” ini kubuat, bukan karena ikut-ikutan arisan link atau yang sedang ramai di dunia blog. Tapi murni, gara-gara, untuk ke 6 kalinya aku berjumpa dengan perempuan penuh bakat dan rendah hati. Saat kami foto narsis berdua, otakku langsung memberi signal… ”Äku harus menuliskan sesuatu tentang Tanti Amelia di blog. She is so nice and humble.” 

Lalu, kupikir-pikir, menarik juga jika di blog ini, kutuliskan tentang teman-teman penulis yang pernah berjumpa langsung denganku. Menceritakan tentang si teman dan pertemanannya denganku. Jadi… in sha Allah, postingan dengan tag ini akan berisi para penulis yang sudah lebih dari 2 kali bertemu langsung denganku. Bukan sekedar kenal di dunia maya belaka.

Saat dikunjungi Cici di rumahku beberapa minggu lalu


Baiklah… saat waktuku cukup luang, (yup!… ini hanya pembenaran untuk kondisiku saat ini, karena sulit duduk manis depan computer dan ngeblog.. hehehe) segera ku-wa si Cici, dan kutanyakan 5 pertanyaan iseng. Tapi sebelum kubagi hasil wawancara singkatnya, ijinkan aku cerita tentang Tanti Amelia, ya….

Aku mengenal Cici Tanti, demikian aku biasa memanggil perempuan yang penuh semangat ini, sekitar 4 atau 5 tahun lalu. Bagi para pengamat dunia blogger, keberadaan Cici Tanti 2 tahun belakangan ini pasti cepat terdeteksi. Gimana tidak?, blog kerennya Neng Tanti's Notes selalu update. Belum lagi undangan dari beragam perusahaan padanya, terkait profesinya sebagai blogger, bak hujan di bulan April. Hehehe. Belum lagi posisinya sebagai salah satu admin komunitas penulis blog emak-emak di facebook.

ini kehormatan buatku. Dua perempuan aktif di dunia komunitas
mengunjungiku, saat aku masih ngontrak rumah di Gelatik

Tapi, bukan karena dunia blog, aku mengenal perempuan humoris ini. Kami pernah tergabung di satu komunitas penulis cerita anak. Aku sih sudah lama bergabung, tapi keberadaan Cici Tanti yang belakangan hadir, menarik perhatian. Kelincahannya berkomentar, dan sok kenal sok dekatnya terhadap banyak penulis. Itu mencuri perhatianku banget.

Pertemanan kami semakin intens, saat kami berdua berkumpul dalam satu group belajar menulis online, dibimbing mentor Ary Nilandari.

Kalau dihitung-hitung, aku tergabung dalam beberapa group menulis bareng cici ini. Mulai dari beberapa kelas online, sejumlah komunitas menulis, hingga admin website Rumah Jamur

Yang berjilbab pink itu putriku
ini saat aku bertemu Gita, Cici Tanti dan mbak Gina serta Anne
membahas komunitas PBA ranting Tangsel

Dari interaksi dunia maya itu, aku semakin ingin bertemu dengan perempuan yg punya 4 pasukan ini. Dan Allah mengijinkan kami berjumpa dalam 6 kali kesempatan. 3 di antaranya adalah kunjungannya ke rumahku. Ah.. ah… bagaimana hatiku tidak berkembang senang. Dikunjungi perempuan ciamik satu ini.

Quick meeting. hahaha
di Aeon mall, demi sebuah kalender dari KEB

Berikut, hasil wawancara singkatku dengan Cici, melalui whatsapp.

Cici inget nggak kapan kita mulai jadi teman di fb?
Waktu pertama kali masuk komunitas PBA dan berusaha menulis resensi buku
Ada tanggalnya kalo ngga salah aku catat, di buku atau di blog,  nanti ya diingat catatannya

Terus, masih inget nggak, kapan atau dimana pertama kali kita jumpa langsung face to face?
Waktu aku datang ke rumah dikau naik ojek sama Dio. Waktu itu mau jemput anak anak di rumah eyang

Apa benar cici mualaf dan punya darah chinese?
Iya bener  banget :))

Mana profesi yg ingin dipertahankan...? Harus pilih 1 dan mengapa....? Apakah Blogger.. writer... wall painter atau illustrator?
Sepertinya karena passion sejak kecil, profesi illustrator yang lebih menyenangkan
Blogger dan writer adalah mimpi
Wall painter.... ngga memungkinkan lagi untuk diteruskan dengan alasan kesehatan

Hal yg paling menyenangkan dan tdk menyenangkan selama kenal diriku apa?
Wah, tidak ada yang tidak menyenangkan. Semua menyenangkan! Gimana dong...  :) :)
Di benakku saja, sejak semula sudah mengagumi para penulis PBA ini
Terutama Ary Nilandary yang genius dan tegas, Dian Kristiani yang smart dan kocak,
Dyah Prameswari yang menjadi guru menulis selama ini, Dian Onasis yang humble dan menyebalkan karena ....
Tidak mau meneruskan The Cousins!!!!

Dan aku tersenyum kecut membaca jawabanya yang terakhir. Lalu mengingat berkas lanjutan The Cousins yang belum kutulis juga. Hiks…

Oh iya, beberapa waktu lalu, aku mendapat kabar, jika Cici Tanti sudah rilis satu buah buku menggambar untuk orang dewasa. 

Ini teaser calon coloring book karya cici Tanti

Ini semakin mengukuhkan kemampuannya yang serba bisa tersebut. Tidak saja ngeblog, tapi juga menggambar. Beberapa illustrasinya bertebaran di cernak online Rumah Jamur dan website SeruSetiapSaat. Belum lagi Cici juga punya pengalamanan menjadi wall painter. Sungguh, bakatnya yang banyak itu bikin aku cemburu.

Pamulang. 20 April 2016







Buku Yang Tidak Menarik Itu (mungkin) Perlu Dibaca

$
0
0
Pinjem dari sini 
Apakah teman sekalian sering mengalami seperti yang kulakukan?
Membaca sebuah buku, lalu baru beberapa lembar dibaca, terasa nggak enak, lalu buku itu tergeletak di tumpukan buku lainnya? Atau sebaliknya, mengambil sebuah buku, membacanya, kemudian jadi  lupa sekitar. Sehingga dalam hitungan jam, buku tebal 300 - 400 halaman, sudah tamat terbaca?

Kira-kira apa ya penyebabnya? Bagamana nasib dengan buku yg tidak selesai dibaca tersebut?
Adakah "pelajaran" menarik,  jika dikaikan dengan kebiasaan seperti yang kulakukan?

Aku akan coba membuat beberapa poin penting (menurutku)  :

1. Buku jelek atau membosankan sehingga tak selesai dibaca, mengajari kita akan beberapa hal, seperti, mencari tahu alasan buku itu tidak nyaman dibaca, atau sulit sekali ditamatkan. Kita dapat menemukan, bahwa kemungkinan utama adalah masalah perbedaan selera, judul keren tak sebanding isi. Atau bisa juga terlalu banyak typo. Kemudian logika ceritanya aneh dan lompat-lompat. Juga bisa karena promosi yang gencar tidak sebanding dengan keciamikan isinya. Serta banyak hal lainnya.

2. Buku bagus menurut kita juga tergantung selera, cara penulis menuliskan konflik, plot dan ending. Buatku pribadi... logika cerita juga mempengaruhi. Rasanya aneh jika di bab awal tokohnya melakukan hal A lalu di bab lain dengan jarak yang tak jauh, melakukan hal B. seolah-olah ada yang salah dengan keteranga waktu, lokasi ataupun adegan. Terus terang, aku termasuk yang membeli buku dengan melihat buku sebelumnya dari si pengarang serta review sejumlah orang, plus promosi yang ada. Makanya, kalau bukunya bagus, rasanya lega banget mengeluarkan sejumlah uang untuk kenikmatan baca yang seimbang antara harga dan kepuasan baca. 

Selanjutnya, aku mencoba membuat beberapa simpulan dalam menilai 3 buah buku (yang baru kubaca, ada yang tamat ada yang tidak) untuk dikupas menarik atau tidaknya. 

1. Buku 1, penulis orang bule alias orang asing. Ia sudah biasa nulis best seller fantasi hingga difilmkan. Aku membaca novelnya butuh waktu seminggu untuk tamat.
Alasan pertama, karena waktuku yang kurang. 
Alasan ke dua, plotnya lambaaat sekali. Apalagi mentalku belum siap menerima pola penulisan si penulis yang bisa ditebak isi ceritanya. Tapi aku tamat membacanya dan tertarik untuk mencari dan membaca bukunya yang lain. Penyebab utamanya, karena aku suka tema detektif klasik yang digusung, karakter tokohnya kuat banget, sampai-sampai aku berharap bisa melihat secara visual dalam bentuk film.

2. Buku 2, penulis dalam negeri, buku ke 2 nya, plotnya cepet dan temanya menarik. Aku membacanya dengan rasa ingin tahu yang kuat, tapi juga ngedumel, karena ternyata si penulis menghilangkan banyak adegan detail yang seharusnya muncul, bahkan di halaman lain menuliskan sesuatu detail tapi tak bermakna. Aku kesal. Nyaris kubanting buku itu. Namun, rasa ingin tahuku lebih dominan. Sehingga buku ini akhirnya tamat kubaca. Aku bahkan berharap buku berikutnya lebih baik lagi dalam urusan detail. Mengingat genre misteri yg dipilihnya.

3. Buku ke 3, genre romantis, dengan pilihan kata yang menaik. Tapi aku kecewa. Di buku yg lain dengan genre detektif, si penulis kupuji-puji (penulisnya orang dari dalam negeri) karena keren banget. Karakter tokoh menarik, plot cepat dan menegangkan, berimbang dengan diksi atau pilihan kata yang asyik. Aku menamatkan buku genre detektifnya, hanya dalam waktu 5 jam. Sementara penulis ini juga (penulis yg sama) menulis buku dalam genre romantis, membuatku meletakkan bukunya saat baru baca 2 bab pertama. Aku belum tahu kapan akan menamatkannya.

Demikianlah...

Selera bisa jadi mempengaruhi. Selain itu,  bukan soalan buku jelek atau bagus, tapi apa efek atau impactnya ke pembaca. Ini yang penting!

Pinjem dari sini 

Jadi,  buku yang menurutku tidak menarik sekalipun, itu patut dan perlu juga dibaca. Kita, terutama aku sebagai pembaca yang memiliki profesi penulis, jadi punya referensi tentang kekurangan sebuah buku. Sebanding dengan kelebihan sebuah cerita dalam buku. Untuk apa? Untuk menghindari menulis buku yang tidak menarik serta berusaha membuat buku yang menarik. Harus ada impact atau pengaruh baik bagi pembacanya. 

Paling tidak, dengan sikap bahwa kita belajar dari semua jenis buku, termasuk buku yang jelek sekalipun, dapat membuat kita tetap nyaman dan tak merasa bersalah telah mengeluarkan sejumlah uang untuk buku-buku yang tidak menarik sekalipun. :) 


***

Judul buku dan nama penulis memang tidak kutuliskan. Karena tak berniat mempromosikan buku-buku mereka. Hehehe.... 


Kalap di Bad Wolf Books Bazaar

$
0
0




Malam setelah pembukaan. Aku dan keluarga sudah melimpir ke sini
45 Menit Yang Seru.

Informasi tentang Bazaar ini sebetulnya sudah sebulan yang lalu kuterima. Ada yang tag aku di path atau di whatsapp group dibagikan.

Aku tentu saja mupeng berat. Karena diskonnya gede banget. 60 sampe 80 persen. Tapi terus terang... aku ngeblank banget tentang Bad Wolf Books Bazaar ini, sampe detik aku datang di hari Jumát malam.

Yup!...

Jumát Malam aku datang bersama suami dan anak-anak. Kurang lebih 45 menit sebelum ditutupnya kegiatan itu.
Aku malah baru tahu, hari ini, jika hari Jumat itu adalah khusus pembukaan dan undangan saja. Manalah kuambil peduli. Kalau sudah yang namanya bazaar buku, apalagi buku-buku impor yang didiskon segede itu, aku mah main masuk aja. hihihi...

Satpamnya aja sampe bengong, lihat ada pengunjung datang jam segitu. Sementara pengunjung lain udah siap-siap pulang. Thanks to Naila, sepupu jauhku yang posting kegilaannya belanja buku di bazaar ini di pathnya. Aku sampe ngiler kelas berat. Hingga ngotot pergi ke ICE BSD.

Aku sekeluarga bahkan belum pernah masuk ke ICE sebelumnya. Tapi demi buku.. Apa sih yang nggak aku dan suami lakukan. Kami memang bukan kutu buku. Tapi kami penggemar buku serta sedikit punya sifat penimbun buku. hahaha..

Anak-anak belum ngantuk dan semakin melek lihat bazaar ini

Maka di sanalah kami jam 21.15 malam. Setelah insiden gak dapat tiket nonton Civil War di Teko (aku terpaksa booking untuk Sabtu malam, dan ini menguntungkanku, karena jadi alasan kembali ke bazaar ini) serta kejadian muntah-muntah Aam saat ia tantrum di depan Kafe Betawi Teras Kota, maka aku membawa kendaraan menuju ICE. Suami juga baru mendingan dari demam selama 5 harinya. Hehehe.. aku beneran nekad jeeeh... :)

Ketika masuk ke dalam pintu 10, ternyata sudah hampir tutup. Tapi kami segera pergi tanpa malu ke pintu masuk yang berada di sebelah kiri pintu Hall 10.

"Woooow!!" Serentak Billa dan Aam ternganga melihat gunung-gunung kecil tumpukan buku di hall besar tersebut.

Putriku Billa masih terbengong-bengong dan Aam dengan gesit memasukkan sejumlah buku kesukaannya yang ada di bagian jalur tengah.

Aku bingung mau mulai dari mana. Walhasil kami hanya mengambil  yang terlihat. Billa pun manyun, sampe akhirnya kami menemukan genre Art and Craft di sisi kanan pintu masuk. Di sanalah dia terlihat senang melihat-lihat buku.

Selama kurang lebih 45 menit, saat tak lama kemudian terdengar pengumuman akan ditutup bazaar, aku sudah menemukan Box Set novel anak karya Jacquline Wilson. Kulihat di bagian harga aslinya senilai hampir 68 pondsterling (silahkan kalikan dengan kurs sekarang, kisaran 19.800 rupiah per pondsterling), sementara dijual di Bazaar tersebut dengan harga 480 ribu rupiah "saja". Juga box set novel Hunger Games, dibesut dengan harga "hanya"150 ribu untuk 3 buku tebal yang kulihat harga aslinya sekitar 24 pondsterling (sekitar 450ribuan rupiah).

box set ini sungguh "murah"
:)

Hahaha.. asli aku kalap banget. Aam ikutan kalap, sebagian besar buku yang dibeli kesukaannya. Peppa pig, angry bird dan sponge bob. Semuanya ada di kisaran harga 60 ribu, sementara harga aslinya dibesut 7 atau 8 pondsterling (140 - 160 ribu rupiah).

Hanya Ayah dan Billa yang terlihat bingung. Mungkin kurang sigap karena hanya punya waktu 45 menit saja. Hehehe...Walhasil keduanya hanya baa 1 atau 2 buku saja.

Anyway... jam 10 malam, kami pulang. Aku senang bukan kepalang karena berhasil melihat langsung pameran buku terbesar yang pernah ada itu. Aku juga berdoa kuat-kuat, agar bisa ke sana lagi. Terus terang, aku kasihan dengan Billa yang belum menemukan buku yang sesuai kebutuhan dan keinginannya, juga ayahnya yang hanya mengambil 2 buku saja. Sepertinya kami harus kembali...:)

Nekad, Datang Lagi

Aku bisa bilang nekad, karena sebetulnya aku nggak tahu, gimana kondisi jalan dan bazaar hari ke dua ini. Karena kali ini, resmi sudah untuk semua orang, tidak seperti kemarin yang sebetulnya untuk vip atau undangan saja.

Maka, karena niat nonton film  dan ke bazaar, sudah kuat, maka kusupiri seluruh keluarga (suami udah sehat, tapi aku ngotot nyetir, biar bisa ke ICE BSD dengan cepat hehehe) menuju lokasi bazar.

Sekitar jam 7.30 malam, mobilku masuk ke parkiran E arah hall 10. Wiiih..udah rame juga nih. hatiku deg-degan. Khawatir terlalu ramai hingga tak nyaman untuk anak-anak.  Segera kami masuk  lewat pintu sebelah kiri dari pintu dekat parkiran kami. Alhamdulillah, ramai, tapi tidak seramai seperti kondisi IBF yang bikin deg-degan kalau bawa anak kecil.

Maka, kali ini, aku fokus pada kebutuhan Billa. kami hunting buku craft dan prakarya untuk anak-anak. Juga beberapa buku kreatifitas serta kegiatan terkait belajar dengan fun untuk Aam. Singkatnya yang terkait alpabet dan angka.

Aam malah berinisiatif memasukkan dirinya ke dalam keranjang, minta kutarik. Selama di keranjang dia membaca sebuah buku tentang alpabet. Sip.. lumayan membantuku untuk leluasa melihat-lihat buku anak atau genre children yang ada di bagian belakang dekat kasir. Jumlah mejanya puluhan untuk genre anak-anak ini. Boleh dibilang Bad Wolf Books Bazaar ini surganya buku anak-anak. Aku menahan diri membeli buku ini. Kupastikan manfaatnya besar untuk anak-anak. Karena gimanapun juga, uangku terbatas. :)

Aam dalam keranjang.
Hati Bundanya jadi senang
Hehehe

Ayahnya anak-anak juga bisa sedikit lebih santai memilih buku-buku bertema sejarah dan biografi kesukaannya. Sementara aku, cukup puas membeli box set Enid Blyton yang belum pernah kubaca sama sekali, serta serial Six cousins karya Enid Blyton dalam bentuk 3 seri dijild satu hard cover. Buku itu juga belum pernah kubaca, karena selama ini aku hanya membaca yang terjemahan. Kali ini, sepertinya aku harus memaksakan diriku membaca buku berbahasa Inggris dengan lebih rutin lagi. Harga untuk ke dua buku tersebut sekitar 350 ribu, dari seharusnya nyaris 1,2 jutaan. Yup! untuk bazaar kali ini, mataku hanya memperhatikan box set saja. Karena memang terasa sangat murah.

Kali ini, kekalapanku dan keluarga lebih terarah. Gak asal ambil buku. Terus terang, pembelian kami yang pertama kemarin, ternyata menurutku boros 2 buah buku. Dua buku yang tak penting itu masuk ke dalam keranjang, dan aku berdoa semoga buku craft dan buku tentang logo itu, bermanfaat kelak di kemudian hari. #Eeeaaa.. :)
Kedatangan ke 2 kalinya, kami lebih santai dan terarah 


Akhirnya, 1,5 jam kami hunting dan menelusuri semua meja berisi gunung buku tersebut. Sedikit belum puas, karena masih banyak yang kami lewati saja, bahkan di kawasan buku bahasa Indonesia yang diikuti oleh Mizan (saja), aku hanya mengambil satu buku yang dibandrol seharga 20 ribu.

Kali ini, suamiku membayar 1.5 kali lipat dari kemarin, tapi dengan jumlah buku 2 x lipat lebih banyak. Diskonnya luar biasa memang. Aku bandingkan sendiri, buku craft yang kubeli untuk Billa beberapa bulan lalu di Gramedia seharga 300 ribu, di bazaar dibandrol seharga 105 ribu. Wiiih.. beneran deh tuh harganya...

Belanja sekeranjang Buku
Bonus anak dalam keranjang.
hahaha

Jam 9 kurang sedikit, kami keluar hall dan menuju teraskota untuk nonton Civil War. Puas deh lihat wajah Billa yang menemukan beberapa buku prakaryanya, juga beberapa buku cerita anak yang menarik untuk Aam dan Billa. Kali ini, ayahnya anak-anak yang kalap. Nyaris hampir 10 referensi bertema sejarah dan biografi diangkutnya. Rata-rata kisaran harga buku itu di level 80 ribu hingga 200 ribu saja. Kalau lihat harga asli buku tersebut, huaaaaa... gak kebayang bisa kebeli deh...


Tips Versiku Belanja di Bad Wolf Books Bazaar

1. Jangan tiru aku ya... main masuk aja. Pastikan sudah mencari info tentang apa dan bagaimana kondisi Bad Wolf Books Bazaar. 

Beberapa blog (seperti blog milik jakarta book club ini) sudah menuliskan info tentang kondisinya di Bazaar. Termasuk blogku sekarang. hehehe. Harapannya, jadi bisa ngeh, apa aja yang kira-kira dijual, serta gimana cara pergi ke ICE BSD?. Buat yang demen naik kereta, stasiun paling deket itu adalah Rawa Buntu. Kabarnya di sana ada shuttle bus ke ICE BSD. Atau naik ojek paling 20 ribu rupiah saja. Kalau yang pake kendaraan sendiri, selama bisa menemukan Aeon Mal, maka posisinya tak jauh dari ICE BSD.

2. Saat sampai di depan pintu masuk, cek dulu denah bazaar.

Ini memudahkan kita untuk mengira-ngira kemana  akan melangkah. Karena tumpukan buku disusun berdasarkan genre saja. Dan petugasnya juga gak semuanya ngeh dengan judul-judul atau pengarang buku yang mungkin kita incar. Jadi gak terlalu bisa diharapkan bantuan mereka terkait judul buku,  mending telusuri via genre lalu cek nama belakang penulisnya. Dari teman yang sudah ke sana, dikatakan bahwa penempatan buku juga berdasarkan nama belakang penulis.


Kak Billa bergaya di depan denah bazaar

3. Pastikan memilih jadwal di waktu yang tak terlalu padat pengunjung. 

Aku pribadi dua kali datang di jam yang sepertinya emang sepi. Pertama jam 9.15 malam. Dan kedua jam 7.30 malam hingga jam 9.00 malam. Kondisinya sangat nyaman dan aman, karena aku membawa dua orang anak aktif yang ternyata bisa sedikit kalem juga selama di bazaar buku. Sepertinya buku membius mereka hingga menjadi lebih tenang. Hahaha
Jika kita salah memilih waktu, atau katakanlah sudah siap untuk ke sana di waktu  yang ramai, seperti setelah zuhur hingga magrib, maka siap-siap untuk antri dan penuh. Temanku mengunggah foto di pathnya, jam 4 sore hari ini, tentang kondisi antri masuk dan antri bayar di bazaar tersebut. Luar biasa ternyata ramainya. 

Jadi kemungkinan setelah buka dan menjelang tutup, cenderung lebih sepi kali ya...:)
foto pinjem dari temanku Mbak Nani
Sore jam 4, ia  dan kluarga terpaksa antri begini hari Sabtu ini

4. Cek juga jadwal di Bazaarnya sendiri. 

Aku membaca, kalau tanggal 1 Mei hingga 2 Mei  (Sabtu dan Minggu) Bazaar buka 24 jam. Dari jam 9 pagi di hari Sabut, hingga jam 9 pagi di hari Minggu. Wiiih bisa abis subuh langsung ke sana di hari Minggu ya. Dan ini bisa diulang di tanggal 8 Mei nanti. 
Sementara di luar weekend, jadwal bazaar adalah jam 11 pagi hingga jam 11 malam. Aku sih nyaranin jika bawa kendaraan sendiri, ambil malam jam 8 ke atas. Tapi jika pake kendaraan umum, mending tongkrongin dari jam 10an deh, biar gak antri. hehehe

5. Bikin diri senyaman mungkin

Misalnya pakai sepatu yang nyaman atau sendal yang enak kalau berdiri lama-lama. Aku sendiri memilih sendal jepit atau sepatu datar. Jadi gak capek jalan atau berdiri lama mengecek buku-buku tersebut.
Pakai tas selempang atau punggung, agar kedua tangan nyaman mengecek buku. Aku sendiri membawa dua orang anak. Aku dan suami masing-masing handle 1 orang anak. hehehe... Sedikit berkurang sih konsentrasinya, tapi karena pilihan waktunya tepat, jadinya tetap bisa nyaman memilih buku.

6. Pastikan membawa uang yang cukup

Kalap... itu bisa terjadi. Bazaar ini disponsori oleh Bank Mandiri. Jadi Debit Mandiri aman dipakai. Juga CC Mandiri, bahkan bisa pake potong point. Untuk CC yang lain juga aman. kecuali BCA deh kalau gak salah nggak bisa digunakan di sana. 
Uang tunai malah lebih enak. Jadi kita mampu memastikan membeli buku yang memang kita perlukan. Pokoknya, aku nasihatkan, untuk hati-hati terhadap kekalapan ya.. hahaha bahasanya. Karena bahaya untuk kantong dan kehidupan ekonomi keluarga nih... Salah satu teman penulis memilih tidak datang, karena katanya, uang yang ada untuk kebutuhan pendidikan keluarga, gak berani ke sana, karena dijamin kalap. hehehe Dan itu benar adanya. Jika uang sedang difokuskan untuk hal yang lebih penting, mungkin berpikir dua kali untuk kalap. Karena, memang ujian iman untuk diskonnya luaaaaar biasa. Buku-bukunya kualitas bagus dan rata-rata best seller atau cetakan baru.

Sekedar info... Buku yang dijual 90 persen adalah buku bahasa Inggris. Hanya 10 persennya bahasa Indonesia.

7. Waspadai Lapar dan Haus

Yup! kalau ke bazaar buku, jangan sambil makan minum yaaa.. Please... jangan sampe buku di sana jadi kena serpihan makanan dan minuman. Kalau laper, ada F n B di dekat pintu keluar bazaar. Dijamin gak kehausan atau kelaparan. Malah katanya bisa titip dulu buku yang belum dibayar, jika tahu-tahu kita atau ada keluarga seperti anak-anak yang merasa kehausan atau kelaparan, dapat keluar makan dulu, dan nanti masuk lagi untuk hunting atau bayar bukunya. Masuknya GRATIS ini kog..:) Keluarnya aja yang bikin Kantong Jebol sedikit. hehehe
Atau pastikan kita dan terutama anak-anak sudah makan minum dengan pas, serta sudah pipis duluan. :)

8. Siapin Tas...

Ada teman menunjukkan foto temannya sesama penimbun buku, bela-belain bawa koper beroda. Beneran... itu teman bawa koper untuk diisi buku-buku. 
Sebagian lagi menyarankan bawa tas kain sendiri, karena meski plastiknya gak bayar, tapi khawatir jebol tasnya saat perjalanan pulang. Atau bawa tas punggung deh. Kalau dulu pengalamanku dan suami jika gak bawa mobil sendiri saat belanja, bawa tas punggung. 
Oh iya, di sana disiapin trolley atau keranjang belanja kog. Jadi lumayan membantu banget selama belanja. Sayangnya trolley itu hanya bisa digunakan sampai pintu keluar. Jadi kendaraannya kudu memhampiri ke dekat trolley itu untuk dipindahkan ke bagasi mobil. Jadi kalau naik kendaraan umum, mendingan pake koper beroda, atau tas punggung deh. Kecuali belinya hanya beberapa buku saja, (kurang dari 5 buku), masih bisa pake tas kain sendiri. 
Aku pribadi gak bawa tas sih. Karena memang bawa mobil sendiri. Jadi paling pake tas plastik dari orang bazaarnya, lalu pindahkan ke bagasi mobil. Udah deh..

9. Pastikan Kebutuhan Bacaan

Hal ini penting untuk menghindari kalap atau membeli buku yang tak dibutuhkan. Jadi mantapkan diri sebelum masuk, seperti aku yang cenderung mencari box set dan buku anak, serta Billa yang memilih art and craft, Aam yang bertema kreatifitas serta alpabet, serta Ayahnya yang memilih Sejarah dan Biografi. 
Dengan memantapkan genre atau buku yang dicari, kita terhindar dari kalap yang tak berguna. Aiiih.. maksudnya kalap yang buang-buang uang. |Usahakan jangan khilaf deh. :)
Aku pribadi berhasil mendapatkan 3 box set buku anak dan dewasa. Billa mendapatkan 3 atau 4 buku prakarya, Aam beberapa buku sementara ayahnya lebih dari 10 buku sejarah atau referensi yang kupastikan semuanya berisi foto2 ekslusif dan keren. 
Aku juga membeli kurang dari 5 buku bergambar dan kumpulan cerita. Itu juga kupastikan isi ceritanya menarik. Yang pasti, harus memutuskan sebelum masuk ruangan, jenis buku yang ditargetkan dicari. Ini untuk mencegah kebobolan kantong keuangan dalam negeri kita. :) 

Kira-kira itu aja sih share tips dariku.

Pesan utamaku adalah.. Jangan Kalap! Pastikan Beli Buku Sesuai Budget! 

Hehehe..

Soooo.. happy book hunting ya... Kalau bazaar ini sukses tahun ini, dia akan hadir lagi tahun depan, bahkan mungkin di Surabaya pun akan diadakan. Ini sih janji panitia yang kubaca di website mereka. 



Tips Ala Dian Onasis Saat Belanja Buku di Big Bad Wolf Books Bazaar

$
0
0
Yup ! Aku ke sini lagi, yang ke 4 x nya hehehe


Ini bisa jadi lanjutan cerita dari sebelumnya, di sini. 
Tapi, bisa juga dibaca tanpa membaca tulisan sebelum ini.
Hanya sayang, kalau nggak baca juga tulisan sebelum ini.

Aaaaah...

Ini apaan sih? Hahaha..


Sebetulnya pengantar di atas untuk menutup rasa geli dan maluku karena ketahuan bolak-balik ke Big Bad Wolf Bazaar selama 4 x selama mereka ada di ICE BSD Tangerang Selatan. 

Tapi, ini kulakukan, bukan sekedar memenuhi rasa atau napsuku mencium aroma buku yang menggunung, mengagumi buku-buku dengan ilustrasi keren-keren atau sekedar ternganga melihat harga-harga buku yang sudah miring sekali itu (namun kadang masih susah juga bikin uang di dompet pribadiku keluar) hehehe

Sebetulnya, aku niat, datang ke sana, untuk beberapa alasan. Antara lain, beliin buku untuk sodara, kemudian me time banget, terus mencoba mempelajari kondisi yang ada. Sekedar untuk membuat catatan di blog ini, kemudian dishare...dan berharap tahun depan, jika bazaar gede ini berlangsung lagi, aku sudah tau tips dan trik belanjanya. 

Baiklah... 

Kucoba tuliskan beberapa hal yang mungkin menarik untuk dibaca sebelum belanja buku.

1. Perhatikan Waktu Kedatangan.

Aku sudah 4 kali ke sana. 
Hari Pertama (Jumat) , pukul 21.15 malam
Hari ke dua (Sabtu) , pukul 19.30 malam
Hari ke empat (Senin), pukul 11.00 siang
Hari ke delapan (Jumát),pukul 6.00 pagi hari

dan terbukti semuanya dalam kondisi nyaman. Ada sedikit lama antri di kasir tapi tak sampai 15 menitan saja.

Beberapa laporan pandangan mata, dari teman-teman yang hadir di sana saat hari libur adalah sangat ramai pada pukul 13.00 siang hingga 21.00 malam. Sementara jika tidak libur, kondisinya relatif lebih bersahabat di jelang pembukaan dan di malam hari di atas pukul 20.00. 

Artinya, jika membawa anak-anak kecil, pastikan memilih jadwal yang diperkirakan sepi.

Adapun yang menjadi ukuranku adalah, jika malam di atas pukul 20.00 kemungkinan kendaraan umum seperti kereta atau angkot sudah sulit. Juga anak-anak sebagian mungkin sudah diajak tidur oleh orang tua mereka. Sehingga peminat yang ke sana adalah pengguna kendaraan pribadi, dan cenderung tidak terlalu rama. Namun ini berlaku hari biasa. 
Jika hari libur, karena bazaar ini 24 jam saat libur, pilihan waktu yang aman adalah lepas tengah malam, jam 2 malam hingga jelang jam 8 pagi. Selebihnya kabarnya antrinya yang lumayan susah.

Dua Hall sekarang dibuka. Nyaman saat memilih kayaknya ya


Kalau pilih-pilih bukunya sih nyaman ya. Karena sekarang dua hall yang dibuka, Hall 9 dan 10. Namun antrian kasirnya yang mantap. hehehe

2. Fokuskan pada buku yang diincar serta Budget yang dipegang.

150 ribu dapat 15 buku-buku ini


Untuk itu, aku sarankan, dari rumah sudah tahu buku apa yang akan dicari. Sehingga tidak lagi melirik-lirik buku lain yang kira2 menggoda dompet. Aku mencoba untuk buku anak-anak bahasa Indonesia. Dengan budget 150 ribu dan fokus, aku mendapatkan 7 kumcer/novel dan 8 picbook yang bagus karya beberapa teman penulis yang juga temanku.

Budget harus kuat dipegang, jika tidak mau bobol dompet. Cash adalah jawaban yang paling tepat. Sehingga meskipun banyak buku yang diambil selama melihat bazaar, namun dekat kasir, kita sudah bisa duduk manis di salah satu pojokan, dan mulai menghitung dana serta memilah buku yang akan dibawa pulang. Mental rela melepaskan beberapa buku, harus dikeluarkan dengan semangat juang ...hahaha

Tapi, jika ini dilakukan, dijamin, kita akan mendapatkan buku2 pilihan kita dengan bugdet yang pas dan tak sakit hati karena jebol CC atau Debit Cardnya. 

3. Pastikan Harga Buku Dengan Kondisi Buku

Saat pertama dan kedua kali datang ke bazaar, kondisi memilih bukunya nyaman banget. Buku-buku semua ada di tempatnya. Aku senang memilihnya. Sayangnya semakin ke sini, semakin kalap para pengunjung, mental tak mau mengembalikan buku ke tempatnya pun 80 persen dilakukan mereka. Walhasil kunjungan ke 3 dan 4, aku sudah kurang nyaman dengan memilih buku di sana. 

Namun, uniknya juga, saat seperti itu, terkadang menemukan buku-buku yang memang dicari secara mendadak. Seperti menemukan harta karun juga. (aku menemukan beberapa buku enid blyton berceceran di beberapa meja. hehehe). 

Nah, karenanya, agar tidak kalap sehingga menderita saat membayar buku, pastikan memang harga bukunya murah banget. Misalnya dengan mengecek harga asli, lalu gunakan kalkulator atau mencongak itungan di kepala, memastikan harganya dalam rupiah. Baru dibandingkan dengan harga jualnya. Sebelumnya, jika buku sudah terbuka atau bisa dibaca, perhatikan dulu isi buku. Apakah memang pantas harga tersebut diberikan atau gimana? 

Sikap ini membantu kita untuk lebih tenang saat memilih buku dan tidak terlalu kalap. 

Aku sendiri menggunakan cara demikian, kemudian memasukkannya ke trolley. Namun saat dekat kasir, aku pilah lagi. Kutanyakan hati kecilku...butuh atau pengen dengan buku tsb? Jika hanya muncul perasaan pengen saja... ya kukembalikan ke meja. Jika tidak baru kuteruskan langkahku ke kasir. 

4. Cermat Dalam Membayar

Ini pengumuman cara pembayarannya 


Bazaar kali ini disponsori oleh Bank Mandiri. Jadi penggunaan CC ataupun Debit Mandiri dijamin diterima. Bahkan bisa menggunakan point fiestanya. 
Dan perhatikan pengumuman di dekat kasir. Jika memang tak bisa menggunakan kartu BCA, ya jangan ditanyakan lagi. Nanti kesannya gak bisa baca, tapi beli bukunya banyak...hihih
Kartu Kredit BCA sih masih bisa. pokoke ada lambang Visa dan Mastercard, berarti bisa. Yang ditolak Debit BCA saja. Karena tidak bekerjasama dengan kegiatan tsb. 

5. Manfaatkan Gadget Untuk Keuntungan Tambahan

Siapa tau abis belanja, dapat vocer hadiah buat belanja buku lagi. hehehe

Beberapa teman yang punya online seller, sudah pasti memanfaatkan banget gadget selama di bazaar. Jepret foto buku sana sini. Upload, lalu cek siapa aja yang mau titip dan ambil uang jasa 10 hingga 15 ribu satu buku. Kan asyik tuh, hunting buku sekalian nolong temen yang ngiler pengen, tapi gak bisa datang. 

Juga ada kuis atau lomba foto yang bisa dimanfaatkan. Hadiahnya lumayan dan bisa dipake lagi donk ke bazaar buku ini jika menang. Jadi, siap-siap bikin foto selfiemu sekreatif mungkin yaaa... Siapa tau, datang mo beli buku, malah dapat vocer belanja buku gratis.
Ini aku lagi..
Tapi foto ini mau kasih lihat kontainer yang sudah dibongkar
Di belakangku tinggal beberapa puluh saja.


Eh iya, jangan lupa ambil beberapa foto, untuk upload di blog. Dengan harapan, bisa membagi pengalaman kepada teman, serta jadi moment menyenangkan dalam hidup para book hunter, seperti saya misalnya. Hehehe


Mengalirkan Cinta Lewat Bacaan

$
0
0


Menularkan kebiasaan membaca,
Salah satunya dengan mengajaknya ke pesta buku


Kebiasaan membaca sudah kulakukan sejak kecil. Tak ada paksaan sama sekali dari orang tuaku. Hal ini terjadi, karena aku menyontek kebiasaan Mama. Setiap kali aku pulang sekolah, jika Mama tidak sedang di dapur atau ruang tengah, aku bisa pastikan, bahwa beliau ada di kamarnya dan sedang membaca.

“Mama mana, Dek?” Pertanyaan yang rutin kutanyakan pada adik-adikku, jika mereka lebih dulu sampai di rumah, sepulang sekolah.

Salah satu dari mereka akan tersenyum dan bilang, “Mama lagi Bacaaaa!”

Tak jarang, jawaban mereka disuarakan secara bersamaan. Lalu biasanya, kami bertiga akan tersenyum geli, dan mengintip Mama yang sedang membaca sambil tiduran di kamarnya.

Kami sekeluarga juga punya perpustakaan kecil. Mama mengoleksi ratusan hampir seribu judul novel. Belum lagi majalah langganan yang selalu jadi rebutan aku dan adik-adik. Bahkan, teman baik dan keluarga sering datang ke rumah untuk meminjam buku. Mama menyiapkan satu buku khusus untuk mencatat siapa dan buku apa yang dipinjam.

Kondisi ini tercipta tanpa kutahu kapan mulainya. Yang kuingat, Mama membaca saat menyusui adikku yang bungsu. Mama juga membaca, saat pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga sudah tak banyak lagi. Mama memulai pagi harinya, dengan membaca majalah dan koran langganan yang datang. Ia juga selalu membaca di perjalanan keluar kota. Dan hingga detik ini, buku tak pernah jauh dari Mama.

Karenanya, bukanlah hal yang aneh, jika akupun bercita-cita ingin menularkan kebiasaan membaca pada anak-anakku kelak. Seperti yang dilakukan Mama.

Namun, kenyataan untuk mewujudkan cita-cita itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Kehadiran anak-anak dalam keluarga kecilku, ternyata tidak dalam waktu dekat. Bertahun-tahun, aku menahan rindu untuk dapat membacakan buku pada anakku. Menahan rasa sakit hati,  saat orang-orang lain mempertanyakan kehadiran anak dalam pernikahanku. Dan menahan kelu, di kala melihat anak-anak orang lain  berlarian penuh semangat di toko buku kesukaanku dan suami.

Nyaris sembilan tahun keadaan itu berlangsung. Aku bahkan menutup rapat impian untuk menularkan kesukaanku membaca pada keturunanku. Suami yang sabar, terus menyemangati, bahwa hanya Allah yang Maha Hak atas kehadiran anak di dalam sebuah keluarga. Suami tetap rutin mengajakku ke toko buku. Bahkan, kebiasaan ke bazar buku di manapun dan kapanpun, kami lakoni berdua, tanpa mengharapkan lagi ada anak-anak yang ikut bersemangat memilih judul buku untuk dibaca.

Kesabaran suami itu menular padaku. Dan Allahpun akhirnya menjawab doa, kesabaran dan mimpi kami. Saat awal tahun 2008, aku dinyatakan hamil. Janinku kembar. Allahu Akbar!. Airmata bahagiaku tak putus, sejak dari tempat pemeriksaan dokter, hingga keluar ruangan dan menelpon suamiku yang bertugas di offshore.

Impianku untuk mengajari anak-anakku sudah di depan mata. Sejak usia kandunganku 6 minggu, aku mulai membacakan buku cerita anak,  selain Alquran, utamanya,  kepada para janin tersebut.

pinjam dari sini

“Assalamualaikum, kalian sudah siap untuk dibacain buku?” Demikian sapaanku saat hendak membaca pic book atau kumpulan cerita anak-anak untuk para janin. Di awal-awal kehamilanku sih, tidak ada reaksi dari para janin tersebut. Namun saat kandunganku memasuki usia 16 minggu, dan aku mendapat tendangan halus pertama kali, Subhanallah, sejak itu, setiap kubacakan buku, ada saja gerakan halus dari mereka berdua di dalam perut.

Semakin aku bersemangat membacakan buku, (terus terang, karena aku hanya bertiga dengan para janin saja di rumah, suamiku sering ke offshore selama seminggu atau dua minggu), semakin seru caraku membaca. Aku membacakan buku tersebut dengan intonasi mendongeng. Tidak sekedar  membacakan begitu saja, namun suaraku akan terdengar dengan lantang. Intonasiku turun naik, memberat dan mengecil. Melembut atau menjadi keras, dan selalu berubah sesuai karakter tokoh dalam buku tersebut.

Aku benar-benar menikmati kebiasaan membacaku sepenuh jiwa. Ada cinta yang menelusuk dalam hati dan bisa jadi menjalar pada janin dalam kandunganku. Mereka berdua menjadi tenang saat aku mulai membaca Al-quran dan juga buku cerita.

Hingga tiba datangnya sebuah ujian bagiku. Saat salah satu dari bayi-bayi itu kembali ke pangkuan Allah dan menyisakan seorang bayi dalam kandungan untuk berjuang hidup. Aku nyaris kehilangan semangat membacakan buku. Aku harus berjuang untuk tidak sedih berlebihan. Dan itu sangat tidak mudah.

Bayangkan! Sembilan tahun kunanti, dan Allah berikan calon anak kembar, tahu-tahu salah satunya harus pergi mendadak. Lalu aku berbaring lemas di rumah sakit memperjuangkan hidup calon bayiku yang masih bertahan.

pinjam dari sini

Buku La Tahzan dan Alquran adalah teman baikku selama di rumah sakit. Kedua buku itu kubacakan pelan-pelan dan lirih. Agar tetap terdengar oleh si calon bayi. Tak jarang, aku mengelus perutku sambil berucap “Nak, dengarkan bacaan Bunda ya. Bantu Bunda untuk tidak bersedih atas kepergian saudara kembarmu.”

Airmataku selalu tumpah. Janin yang meninggal itu masih ada dalam kandunganku. Aku terus berdoa agar calon bayi yang masih hidup tidak terkena racun atau apapun namanya, dari kandungan janin yang meninggal. Mereka memang kembar beda kantung janin. Dokter menyatakan kemungkinan besar yang meninggal adalah laki-laki berdasarkan hasil usg. Sementara yang berjuang hidup, adalah yang perempuan.

Selama membacakan buku cerita sebelum kepergian janin laki-laki. Aku selalu menyebutkan nama mereka. Billa dan Miftah.

Karenanya, selama sebulan di rumah sakit, aku terus membacakan buku cerita, selang-seling dengan alquran dan buku La Tahzan untuk Billa. Aku tahu, sebetulnya aku mengobati  hatiku sendiri. Tapi kupikir, momen membacakan cerita ini, jangan sampai dilupakan. Hingga akhirnya Billa lahir. Meski perjuangannya untuk hidup tidak mudah. Aku masih terbanyang betapa banyaknya selang dan kabel melilit tubuh kecilnya, saat aku belajar menjadi ibu dalam arti sebenarnya.

pinjam dari sini

Kebiasaan membaca terus kutularkan. Setiap malam, kubacakan serial Halo Balita untuk Billa. Hingga detik ini, saat usia Billa sudah mendekati angka 8 tahun, ia sangat menyukai moment dibacakan buku. Terutama karena Billa memang masih mengalami masalah dengan “preposisi visual”, yang membuatnya agak sulit membedakan beberapa huruf. Hingga akhirnya, membaca menjadi sebuah perjuangan bagi Billa. Namun ia sangat senang dibacakan buku. Jika tidak kucukupkan bacaan, bisa-bisa setiap membacakan buku menghabiskan 3 sampai 5 buku. Alamat nggak tidur-tidur anak ini. J

Lain Billa, lain pula dengan adiknya.

Allah Maha Baik Hati. Setelah kepergian Miftah, beberapa tahun kemudian, rahimku dititipkanNya, seorang anak laki-laki lagi. Kupanggil Aam, meski nama lainnya adalah Ammar Al Mumtaz kudapatkan dalam mimpi.

Kulakukan lagi kebiasaan membacakan cerita saat kandunganku mulai berusia 8 minggu.  Billa pun sungguh bersemangat.

“Dek, hari ini Bunda mau bacain buku. Adek dengerin baik-baik ya!” demikian gaya sok tua Billa jika kumulai membacakan buku sebelum tidur.

Dibandingkan saat mengandung Billa, kebiasaan membacakan buku pada Aam tidak terlalu banyak. Meski Alquran selalu kubacakan, tapi membacakan buku cerita hanya kulakukan malam hari. Aku yang kala itu sudah menjadi penulis cerita anak, mendapatkan order menulis novel genre anak dari beberapa penerbit.

Oleh karena itu, kebiasaan membacaku tidak lagi menggunakan suara  mendongeng.  Aku lebih sering membaca buku untuk referensi tulisan novel yang kugarap.

Tak jarang, saat aku menulis dan mengetik, Aam dalam kandungan menendangku. Kuletakkan tangan ke daerah perut yang ditendangnya, lalu kubilang, ”Am, bantu Bunda yuk. Bunda mau namatin naskah ini. Nanti Aam kalau besar, jadi penulis kayak Bunda ya… Bahkan lebih hebat lagi ya, Nak. Kelak, Aam jadi penulis yang berkeliling dunia karena tulisan Aam. Dicintai para pembaca dan menjadi referensi bacaan orang lain. Nanti Aam jadi seperti Buya Hamka, ya, Nak.”

Kalimat ini sering kukatakan. Biasanya Aam tidak lagi menendangku. Perutku pun tidak menegang. Dan aku kembali dengan lancar mengetik naskah.

Terus terang, entah karena memang aku sedang giat-giatnya menulis, atau memang efek dari kehamilan. Selama mengandung Aam, bacaanku adalah buku-buku anak, dan aku sangat  produktif. Aku menghasilkan 3 novel anak selama mengandung Aam.

Ini adalah 3 novel anak yang kuhasilkan selama Aam dalam kandunganku

Aku yakin, Aam mendengar suara keyboard diketuk. Menjadi saksi gumamanku saat membaca ulang adegan-adegan dalam novel, sampai-sampai, mungkin Aam mengenal para karakter tokoh dalam tulisan tersebut.

Buah dari kegiatanku mengalirkan rasa cinta terhadap bacaan, ternyata muncul pada diri anak-anakku.

Billa memiliki kemampuan menggambar cerita dengan runut. Aku tidak pernah mengajarinya cara membuat pic book sama sekali. Billa bisa dengan serta merta mengambil 12 kertas kosong, lalu menggambarkan adegan demi adegan, mulai dari pembukaan cerita, konflik hingga solusi. Tentu dengan pola pikir anak yang belum berusia 6 tahun.

Ia bahkan menghadiahi picbook karyanya untuk kawan sekelas dan meminta gurunya membacakancerita tersebut. Aku sungguh tak menyangka hal itu bisa terjadi. Meski sekarang, Billa sudah mengalihkan kebiasaan menulis pic booknya dengan bereksperimen membuat sesuatu dari barang bekas, namun aku yakin, semua itu karena kebiasaanku berimaginasi melalui bacaan buku, lalu menular dan membekas pada jiwa Billa.

Beda lagi, dengan adiknya. Meski sempat divonis autis, dan akhirnya dinyatakan sebagai gifted child (anak berkemampuan intelektual di atas rata-rata, namun tidak sinkron dengan tumbuh kembang social dan komunikasinya), Aam juga memberikan kejutan.

Untuk Aam, Buku bernuansa alpabet dan angka adalah harta karun!

Di usianya 2 tahun, ia sudah mampu menyebut alphabet dalam dua bahasa. Hingga kejutan paling puncak, saat usia 3 tahun, ia sudah bisa menulis kata dan membaca dalam dua bahasa.Aku benar-benar tak bisa percaya. Karena semua itu terjadi sendiri. Tak pernah aku mengajarinya. Bisa jadi ia belajar dari youtube. Ia penggemar lagu-lagu bertema alphabet. Hingga akhirnya, Aam memiliki kosa katanya ribuan dalam Bahasa Inggris. Aku sampai-sampai, harus terus melatihnya untuk bisa berbahasa Indonesia.

Salah satu temanku malah bercanda dan bilang,  “Akhirnya Cinta Laura punya adik juga.” Gara-gara ia geli mendengar cara Aam membaca buku Bahasa Indonesia dengan dialek Inggris.

Bagi Billa, buku tentang Prakarya adalah Harta karun!

Sungguh! Aku merasakan sekali getaran cinta melalui Bacaan itu pada anak-anakku. Meski pengaruhnya tak terduga. Kupikir mereka akan menjadi kutu buku, atau minimal seperti aku, penggemar bacaan. Namun faktanya Billa dan Aam memilih cara mereka sendiri. Billa hanya menyukai buku craft atau semua jenis buku prakarya untuk dibacanya. Sementara Aam menyukai semua buku yang ada unsur Alphabet atau cerita terkait huruf dan angka.

anak-anak selalu senang dibawa ke pesta buku

Tapi, hal yang paling khas adalah…, saat Aam tantrum atau kesal. Juga, kala Billa rewel atau cengeng. Maka, obat untuk mereka adalah dibacakan buku cerita. Biasanya, setelah membaca buku ke 2 atau ke 3, tantrum dan rewel dari anak-anak super aktif ini akan berkurang dan menjadi tenang. Meski tak jarang rasa letih dan kantuk telah menyerangku, namun kupaksakan untuk terus membacakan buku bagi mereka, hingga mereka bosan. Entah kapan. 

Semoga tidak pernah.

Pamulang, 4 Juni 2016




Perlukah Anak-anak Kita Kursus Bahasa Inggris?

$
0
0
Lokasi Seminar adalah tempat kursus RISE
Sangat menyenangkan bagi anak-anak


Aku menyukai bahasa Inggris sejak masih SD. Ketika Ayahku pertama kali menghadiahi satu set buku dan kaset belajar bahasa Inggris, rasa senangnya selevel jika aku diijinkan main sepeda seharian. Hehehe...

Boleh dibilang, sejak SD hingga aku mengikuti ujian masuk sekolah sampai tahap pasca sarjana, bahasa Inggris tidak pernah menjadi momok bagiku. Bahasa Inggrisku memang tidak sampai level mahir. Tapi aku yakin, aku tidak akan tersesat jika dilemparkan seseorang ke sebuah negara asing yang berbahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi mereka. :) 

Aku juga termasuk "beruntung", (pakai tanda petik), saat kedua anakku pun menyukai bahasa Inggris. Billa, putriku sejak usia 2 tahun sudah menyukai bahasa ini. Namun jeleknya, dia tak menyukai huruf-huruf, akibat masalah pada preposisi visualnya. Sehingga ia hanya senang mendengar dan melihat film berbahasa Inggris, tapi kesulitan membaca kalimat-kalimatnya jika dalam bentuk teks. Aku juga belum bisa memahami pola atau cara belajar yang tepat bagi Billa, karena ia cenderung jika belajar menyukai hal-hal yang melibatkan benda-benda di sekitarnya. 

Berbeda dengan adiknya, Aam. Sejak usia 18 bulan, dia belum bisa bicara sama sekali. Bahkan aku harus membawanya ke terapis selama setahun untuk mengatasi delay speechnya. Dan saat usianya memasuki 30 bulan, atau hampir 3 tahun, ia masih belum bisa berkomunikasi dengan baik. Hingga, suatu hari aku dikejutkannya dengan kemampuannya membaca dan bicara dalam bahasa Inggris, tanpa kuajari. 


Aam, putraku
Gifted Child with Visual Spasial
Selalu menyukai segala hal yang berbau Huruf, Angka hingga Merek :) 

Puncak-puncaknya, aku tahu Aam lebih cenderung berkomunikasi dalam bahasa Inggris, saat kami bertiga hendak makan sesuatu di sore hari beberapa bulan silam. 

"Am, Aam harus cuci tangan sebelum makan."kataku sambil menunjuk tangannya dan mengarahkannya ke wastafel. Tapi Aam hanya senyum dan berusaha mengambil makanan tanpa mencuci tangannya. Nyaris 3 x aku mengulang kalimat harus cuci tangan, namun Aam terkesan tidak peduli. 

Iseng kuganti kalimat menjadi,"Am, you have to wash your hand, before eating." Dan ajaib. Aam langsung bilang "Oh, OK Bunda," dan berjalan menuju wastafel lalu mencuci tangannya. 

Aku terpaku. 

Wah... kejutan apa yang diberikan Aam padaku? Sejak itu, komunikasiku dengan Aam terjalin lebih baik melalui bahasa Inggris. Meski sekali-kali aku tetap menyebutkan bahasa Indonesianya. 

Duh Tuhan, sistem apa yang cocok untuk Aam belajar kelak, ya? Terus terang, aku sedikit galau soal pemilihan sekolah, meskipun saat ini, aku telah mendaftarkannya ke sekolah yang sama dengan kakaknya. 

Anyhow.... aku sempat terpikir untuk mencoba mencari kursus bahasa Inggris untuk mereka. Namun mencari kursus yang tepat, sama sulitnya dengan mencari sekolah yang tepat bagi anak-anak unik seperti anak-anakku. Karena mereka tipikal tak bisa diam, selalu bergerak, dan memiliki keistimewaan. Billa dengan kekurangannya pada masalah preposisi visual, sementara Aam dengan "label" gifted child yang diembannya,  setelah dikonsultasi serta diobservasi oleh psikolog anak khusus Gifted child beberapa bulan lalu. 

Namun, di sisi lain, aku sering kali berpikir, jika orang tua sudah mampu berbahasa Inggris, apakah masih perlu anak-anakku kursus lagi? Tidak cukupkah di rumah saja? Toh aku pun di rumah seharian.  

Saat aku sedang galau seperti itu, tiba-tiba aku mendapat whatsapp dari salah satu admin KEB, cici Tanti. Ia menanyakan, apakah aku punya waktu untuk menghadiri seminar tentang cara mengoptimalkan kemampuan dan elastisitas belajar anak di usia dini atau Optimizing Child's Learning Ability and Elasticity in Early Childhod bersama Mr. Hanlie Muliani, M Psi, seorang psikolog anak. Kegiatan itu berlangsung di sebuah kursus bahasa Inggris, yang sudah pernah kudengar sebelumnya dari sahabatku. Yakni di RISE Living World Alam Sutera. 

Dengan senang hati, kusanggupkan ajakan itu. Apalagi kudengar, seminarnya boleh membawa anak dan suami. Bahkan anak-anak justru dibolehkan trial kelas, atau mencoba beberapa kelas milik RISE di sana. Wah, pucuk dicinta ulam tiba. Minimal aku bisa melihat langsung pola pendidikan kursus bahasa Inggris  yang sudah memiliki 4 cabang, selain di Living World tersebut. 
Aku dan Putriku, sesaat setelah kegiatan berlangsung

Alhamdulillah, aku tiba tepat waktu. Tak lama setelah kehadiran kami, kegiatan seminar dimulai. Ms Hanlie menjelaskan tentang detail perkembangan serta pembentukan neuron dalam otak manusia, terutama pada anak-anak di usia tumbuh kembang emas mereka. 

Dari sekian panjang penjabaran psikolog anak yang telah menerbitkan buku berjudul "How to Deal with Your Child" ini, aku justru tertarik saat ia menjelaskan tentang 8 kecerdasan manusia. Mulai dari Language Intelligence, Logic Mathematic, Visual Spatial, Music, Physical, Nature, Intrapersonal hingga Interpersonal Intelligence. 

Sebetulnya bukan hal baru buatku. Apalagi era canggih sekarang, kita bisa mencari informasi tentang hal ini, dengan menulis kata kunci di Google dan menemukan banyak info tentang kecerdasan manusia. 


Kecerdasan Berbahasa terkait pada masa keemasan anak
Usia 0 sampai 12 tahun adalah era stimulasi yang paling tepat

Namun, Ms Hanlie membuka mataku, bahwa tidak masalah mengenalkan semua aspek kecerdasan itu pada anak. Tidak hanya pada kecerdasan yang menonjol saja. Karena pembiasaan menstimulasi segenap kecerdasan tersebut dapat memantik kemampuan lain di masa depan. Neuron di otak anak-anak itu akan terus bekerja menjalin satu sama lain, apabila mendapatkan stimulasi yang tepat. 

Penggunaan kata stimulasi yang tepat ini, dicontohkannya dengan penggunaan banyak bahasa di rumah pada anak, tanpa perlu khawatir bingung bahasa. Jadi Ms Hanlie menyontohkan, jika ada 3 orang dewasa di rumah, dan ketiganya fokus dan konsisten pada satu bahasa masing-masing, misalnya Si Ayah dengan bahasa Indonesia, si Ibu dengan bahasa Inggris, lalu si Nenek atau Baby sitter dengan bahasa Jawa atau bahasa daerah, maka ini tidak akan menimbulkan kebingungan bahasa. Anak dengan sendirinya akan beradaptasi atas stimulasi yang dilakukan, dan kelak ia justru akan mampu menggunakan 3 bahasa. Tentu syarat utamanya adalah fokus dan konsisten yang datang dari para orang dewasa di sekitarnya. 


Pada akhirnya kecerdasan anak, harus distimulasi secara holistik

Aku jadi ngeh, bahwa aku melakukan hal yang tidak tepat terhadap Aam. Aku membuatnya bingung dengan bahasa yang kugunakan selama ini. Setelah mendengarkan  penjelasan Ms Hanlie ini, aku berniat mencoba memperbaiki cara komunikasiku pada Aam. Meminimalisir bahasa Indonesia denganku. Biarlah ia bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia dengan ayahnya saja. Tapi memang kuakui, aku pribadi butuh komitmen dan harus mau belajar lagi, mengingat bahasa Inggrisku tidak terlalu baik. 


Ms Imelda sedang menjelaskan kelas Multi Intelligence yang akan digunakan di RISE

Seminar ini kemudian, dilanjut dengan pemaparan pengalaman dari Ms Imelda. Salah satu pengurus RISE Living World Alam Sutera. Ia baru bergabung Januari lalu dalam manajemen lembaga pendidikan yang didesain secara khusus untuk anak usia 2 hingga 12 tahun tersebut. Aku pribadi menyukai atmosphere lokasi RISE. Selain membuat anak-anak terpikat karena warna dan desain yang asyik, juga karena pola pengajaran juga canggih. Mereka menggunakan  board magic, atau papan tulis yang merupakan layar sentuh dengan ukuran besar. 


perpustakannya keren ya
ruang tunggunya juga asyik
Kalau ini kayaknya ruang konsultasi


Pengalaman yang dibagi oleh Ms Imelda adalah terkait karakter anak-anaknya yang juga berbeda dari anak-anak normal lainnya. Ia memaksa dirinya untuk mencari tempat pendidikan yang tepat bagi anak-anaknya tersebut. Ms Imelda sendiri menyebutkan bahwa dirinya juga tipikal orang dengan kecerdasan kinestetis. Ia membutuhkan benda yang harus dipegang atau dikaryakan dalam menjelaskan sebuah pengetahuan. 

Tring!

Aku jadi semakin tertarik akan penjelasannya tersebut. Ia menjelaskan juga, perbedaan kecerdasan kinestetis dengan kecerdasan audio, dimana anak yang bersikap seperti tidak memperhatikan, namun memiliki kemampuan mendengar yang baik dan langsung menyerapkannya menjadi pengetahuan, berbeda dengan anak visual, yang selalu butuh memvisualisasikan semua pengetahuan yang diserapnya. 

Aku jadi teringat Billa, putriku yang menurut wali kelasnya, baru akan mencerna pelajaran kelas 2 nya, jika diberikan contoh atau dibuatkan kegiatan sains atau prakarya terkait ilmu pengetahuan di kelas. Aku jadi ngeh, bahwa bisa jadi, putriku yang tak bisa diam ini, mendasarkan kemampuan menyerap pengetahuannya, berdasarkan kecerdasannya secara kinestetis. Makanya ia selalu mampu menjawab pertanyaan jika sudah dilakukan percobaan dan ia terlibat di dalamnya. 

Berbeda dengan Aam, yang menurutku memiliki kemampuan visual. Karena ia mampu membaca dan menulis serta berbahasa Inggris karena ia jatuh cinta bahkan terobsesi dengan segenap bentuk film alpabet dan angka di tivi dan tabku. 

Sungguh, aku mendapatkan pencerahan atas pemaparan dari Ms Imelda. Aku tertarik dengan penjelasannya, bahwa RISE menggunakan metode belajar yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan kemampuan si anak dalam berbahasa. Bahkan RISE Living World sedang menyempurnakan sebuah kelas yang mendukung 8 kecerdasan. Sehingga setiap anak kelak berbicara dalam bahasa Inggris di kelas tersebut disesuaikan dengan minat dan kecerdasan yang menonjol. 

Sebelum seminar ditutup, tentu selalu ada sesi tanya jawab. Aku selalu suka sesi ini, karena juga memberikan banyak pencerahan dari para peserta seminar. Selain memang selalu ada hadiahnya sih. Hahaha. 

Aku sendiri mendapatkan hadiah voucer 750.000 dari RISE, atas pertanyaanku terkait Aam yang gifted dan Billa yang bermasalah pada preposisi visual. Jawaban dari kedua narasumber sungguh membangkitkan semangat juangku untuk mengenalkan bahasa Inggris pada mereka, serta memahami pola belajar mereka yang berbeda. Dan satu lagi, aku juga jadi tidak merasa perlu khawatir atas tumbuh kembang mereka yang unik. Selama aku konsisten dengan pemahamanku terkait kecerdasan anak-anakku yang menonjol. Alhamdulillah. 


Rejeki emang gak kemana.. :)

Waaah, sepertinya, RISE dapat menjadi salah satu alternatif pilihan bagi orang tua, untuk menstimulasi anak-anak berbahasa Inggris dengan metode yang menyenangkan dan cerdas. 

Sahabat sekolahku yang telah menitipkan anaknya di RISE Living World, mengakui jika perkembangan pribadi dan kemampuan berbahasa putrinya semakin baik dan berkembang sejak dikursuskan di sana. 

Kalau sudah begini, kupikir, aku tak perlu ragu lagi mengkursuskan anak-anak untuk menambah kemampuan berbahasa Inggris, jika ada pilihan tempat yang tepat seperti RISE. Betulkan? 




* Semua foto adalah dokumentasi pribadi penulis

Viewing all 98 articles
Browse latest View live